Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Sabtu, 17 Desember 2011

HUKUM MELAKSANAKAN SHOLAT JUM'AT DALAM BANYAK MASJID DISATU TEMPAT.


HUKUM MELAKSANAKAN SHOLAT JUM'AT DALAM BANYAK MASJID DISATU TEMPAT.

Pada masa nabi saw sholat jum'at dipusatkan pada satu masjid yaitu masjid nabawi, pada hari jum'at seluruh penduduk madinah berbondong-bondong ke masjid nabawi untuk melaksanakan sholat jum'at. Di manapun mereka berada bahkan mereka yang tinggal di lembah-lembah ikut serta ke madinah tiap minggunya untuk melaksanakan sholat jum'at. Keadaan seperti ini berlangsung hingga masa kekhilafaan rosyidin.
          Keadaan diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan sholat jum'at idealnya di lakukan demikian. Karena dalil dari fi'li rasulullah saw[1]. Belum pernah ditemukan pada masa nabi –jika tidak ada halangan- sholat jum'at dilaksanakan di masjid qobilah (suku). Terdapat banyak faedah yang dapat diambil dari pelaksanaan sholat jum'at pada satu masjid disuatu wilayah, diantaranya:
a)    Sebagai bentuk ittiba' kepada rasulullah saw.
b)   Sebagai sarana untuk menyatukan kaum muslimin dibawah satu kepemimpinan.
c)    Menumbuhkan rasa kebersama'an, social dan persaudaraan antara kaum muslimin.
d)   Sebagai ajang untuk saling mengeratkan hubungan dengan perjumpaan itu sesama kaum muslimin.

Pelaksanaan jum'at di banyak masjid.
          Hari ini seiring berkembangnya masyarakat dan tersebarnya islam di berbagai belahan bumi, muncul perbagai problema berkenaan dengan sholat jum'at. Diantara problema yang sering terjadi adalah pelaksanaan sholat jum'at di banyak masjid yang berada dalam satu wilayah (desa). Sekilas permasalahan ini bertentangan dengan sunnah rasulullah saw.
a)    Permasalahan ini pernah diangkat ke dewan fatwa lajnah ad-daimah pimpinan Syaikh Abdullah bin Baaz. Dewan menjawab bahwa pelaksanaan sholat jum'at seperti diatas diperbolehka dengan catatan; hal itu memang karena ada alas an syar'ie seperti; Masjid yang jami' (induk yang biasa digunakan untuk sholat jum'at) sempit sehingga tidak mampu memuat jama'ah.
b)   Jika dilakukan dalam satu masjid akan timbul fitnah maka hal ini memperbolehkan kaum muslimin yang bersangkutan untuk melaksanakan sholat jum'at di masjid yang berbeda.
c)    Jarak yang sangat jauh[2]. Dan ada kesulitan untuk berkumpul.
          Kebolehan ini juga merupakan pendapat yang terkuat dikalangan madzhab Hanafiah, sebagaimana diungkapkan oleh imam as-Sakhrasi rhm[3] dan juga merupakan pendapat Ibnu Taimiyah rhm.
          Perlu dicatat, kebolehan melaksanakan jum'at dalam beberapa masjid disuatu kampung bukan berarti boleh melakukan jum'at dua kali dalam satu masjid, yang kedua ini tidak boleh. Bahkan jika memang disuatu daerah tidak didapatkan masjid kecuali satu dan masjid tersebut tidak cukup untuk para jama'ah. Maka diperbolehkan bagi sebagian mereka untuk melaksanakan jum'at di gedung-gedung atau tanah lapang[4].

Tidakkah bertentangan dengan perbuatan rasulullah saw.?
          Pelaksanaan jum'at dibanyak masjid dalam suatu daerah sebenarnya tidak bertentangan dengan perbuatan rasulullah saw, karena:
a)    Pada masa rasulullah saw terkumpulnya manusia dalam satu masjid sangat memungkinkan apalagi keduduka rasulullah saw sebagai muballighi dari robb alam semesta, sehingga manusia saat itu ada keharusan untuk mendengarkan langsung hal itu kepada rasulullah saw. Berebda dengan kita hari ini dimana tuntunan unutk mendengarka satu khothb tidak ada.
b)   Dien ini mempermudah tidak mempersulit, maka jika ada kesulitan dalam melaksanakan ibadah harus dipermudah dalam kaedah dikatakan, "Al-Masyaqqoh tajlibu taisir" –Kesulitan itu mengharuskan kemudahan-. Uga hal ini bayak tertera dalam banyak ayat dan hadist.
c)    Ali juga pernah melakukan hal yag mirip seperti ini. Ceritanya; suatu kali Ali keluar memimpin manusia .melaksanakan sholat 'Ied, dan menyerahkan urusan sholat bagi mereka yang lemah kepada Abu Mas'ud al_Badariy agar beliau memipin mereka untuk sholat[5].




Maroji'
Fatawa lajnah ad-da'imah
Fatawa azhar
Hasyiyatul azhar.
Fataawa romli dll. Shamela Book


[1]  Fatawa lajnah ad-da'imah 8/257
[2]  Ibid 264
[3]  Hasyiatu raddil mukhtar 2/491
[4]  Fatawa lajnah ad-da'imah 8/263
[5]  Ibid 266

0 komentar:

Posting Komentar