IBRAHIM AN-NAKHO’I
Mufti kufah
Mempelajri kehidupan para salaf merupkan suatu yang penting bagi kaum muslimin terutama bagi para dai, bagaimana dia akan menyerukan kepada islam kalau tidak mengetahui kehiupan para salaf terdahulu. Maka dengan mengetahu kehidupan mereka kita bisa mengambil suatu ibroh yang tidak kita dapatkan dimasa sekarang. Disini akan dipaparkan seorang tokoh salaf dari kalangan tabiin, yang terkenal dalam keilmuan, kefakihan, bertakawa dan berakhlaq mulia, beliau adalah Ibrohom bin bin yazyit bin Qois bin Aswad bin Amru bin Robiah bin Dahl bin Sa'd bin malik bin Annakhoi. Atau dikenal dengan Ibrohim An-Nakho'I, yang di beri kunya (julukan) dengan Abu Imron.[1]
Kehidupan Beliau
Dilahirkan pada tahun 50 Hijriyah.[2] dari ibu yang bernama Malikah saudari Aswad bin Yayid, istri beliau adalah Hunaidah.
Ibrohim An-Nakhoi termasuk dari tabiin yang pernah bertemu langsung dengan ummul Mu'minin Aisyah ketika beliu masih kecil, berkata Ahmad bin Abdulloh Al-Ijli, Ibrohim tidak pernah meriwayatkan dari sahabat Nabir, tetapi beliau mendapatkan para sahabat dan pernah melihat Ummul Mu'minin Aisyah. Ia merupakan mufti kufa yang terkenal dengan kesholehan, kefakihan, ketaqwaan dan orang yang sedikit membebani.
Keilmuan Ibrohim dan Kesholehannya
Ibrahim termasuk ahlu ibadah dan orang yang ahli dalam bidang hadits, sebuah riwayat menceritakan pernah Assa'bi , ibrahim An-nakhoi dan Abu dhua berkumpul di dalam masjid menyebutkan hadits, maka jika didapatkan diantara mereka sebuah hadits yang tidak diketahui riwayatnya mereka mengembalikanya kepada Ibrohim An-Nakhoi untuk mengetahinya.
Pengakuaan dari Yahya bin Ma'in beliau mengatakan: mursalnya ibrohim An-nakhoi lebih aku sukai dari pada mursalnya Assy'bi. Berkata Fudhail: berkata kepadaku Ibrohim: tidaklah manusia menulis sebuah hadits kecuali berpegang kepadanya.
Sebuah riwayat menceritakan dari Syu'aib bin Hab Hab, beliau berkta: aku adalah orang yang pernah ikut dalam penguburan beliau. Maka Asya'bi berkata kepadaku apakah kamu mengkuburkan saudaramu,? maka aku manjawab ya, kemudian Asya'bi berkata sesungguhnya tidak ada setelahnya orang yang lebih berilmu atau lebih fakih dari padanya, aku berkata tidak pula Alhasan dan Ibnu Sirin dia berkata ya, tidak ada dari ahlu basroh tidak ada dari ahlu kufah dan tidak pula ahlu hijaz dalam riwayat lain tidak pula ahlu syam
Pernah seorang laki-laki mendatangi beliau dan belajar dengannya, kemuadian dia mendengar orng-orang menyebutkan perkara sahabat Ali dan sahabat Utsman, maka dia berkata saya belajar dari Ibrohim dan saya melihat orang-orang berselisih tentang perkara sahabat Ali dan sahabat Utsman. Maka Ibrohim ditanya tentang masalah tersebut, beliau berkata: aku bukanlah orang Siba'i dan bukan pula Murji'ah.
Sebuah riwayat mengatakan pernah seorang laki-laki datang kepada Ibrohim dan berkata: Ali lebih aku cintai daripada Abu Bakar dan Umar. Maka Ibrohim berkata kepadanya seandainya Ali mendengar perkataanmu mak dia akan membuat sakit punggungmu, jika kamu duduk di majlis kami hanya karena ini maka janganlah kamu duduk bersama kami.[3]
Peran Beliau Di Kufah
Beliau mempunyai peran penting di kota kufah, kehadirannya di sana sangat dibutuhkan penduduknya, beliau menjadi mufti yang fakih, sholih dan bertaqwa. Sebuah riwayat menceritakan dari Syu'aib bin Hab Hab, mengenai kefakihan beliau. Asya'bi berkata sesungguhnya tidak ada setelahnya (setelah wafatnya) orang yang lebih berilmu atau lebih fakih dari padanya, tidak pula Alhasan ,Ibnu Sirin , tidak ada pula dari ahlu basroh, kufah, hijaz dan tidak pula ada yang menandinginya dari ahlu syam. Tolha bin Mushorrif pernah berkata: tidak ada orang yang lebih aku herankan di kufah kecuali Ibrohim.
Bahkan ketika Sa'id bin jubair dimintai fatwa ia berkata apakah kalian minta fatwa kepadaku sedang diantara kalian ada Ibrohim An-Nakho'i.[4]
Sanjungan Terhadap beliau
Berkata Hunaidah istri Ibrahim sesungguhnya Ibrahim puasa sehari dan berbuka sehari.
Berkata A’mas tatkala aku melihat Ibrohim sedang sholat, kemudian beliau mendatangi kami, maka beliau berdiam satu jam seperti orang sakit.
Asya’bi berkata tidak ada seorang pun setelahnya yang lebih a’lam dan lebih fakih dari Ibrahim An-nakho’i, tidak pula Al-Hasan dan tidak pula Ibnu Sirin, tidak ada ada dari Ahlu Basroh, Ahlu Kufah, Ahlu Hijaz dan tidak ada pula dari Ahlu Syam.
Berkata Ahmad bin Hanbal: Ibrahim adalah seorang yang pandai, hafid dan shohibu sunnah (ahlu hadits).
Wafat Beliau
Setelah beberapa lama beliau menjadi mufti di kufah, maka ketika umur beliau telah menginjak tua yaitu tahun 96 H. tibalah masa akhir hidupnya, beliau wafat pada tahun 96 H, masa hidunya sekitar empat puluh sembilan tuhun. Sebagian mengatakan bahwa Ibrahim hidup di dunia selama lima puluh delapan tahun.[5]
Berkata Muhamad bin Sa'd dan selainnya, mereka sepakt bahwa ibrohim An-Nako'i wafat tahun 96 H. pada Khilafa Walid bin Abdul Malik di kufah. Dan ketika itu beliau mancapai empat puluh sembilan tahun, atau lima puluh tahun kurang.[6] Berkata Abu Nuaim sepertinya Ibrahim wafat awal tahun sembilan puluh enam.
Referensi:
¨ Siarul Alam Nubala’. Imam Dzahabi
¨ Thobaqotul Kubr , Liibni Sa'ad.
¨ Masahir Ulama' Al-Anshor
¨ Parikh Tasyri’ Manna’ul Qotton
0 komentar:
Posting Komentar