Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Selasa, 13 Desember 2011

QOTADAH BIN DI'AMAH AS SADUSI


QOTADAH BIN DI'AMAH
AS SADUSI





Nama dan Kelahiran Beliau :
Dia adalah Qotadah bin Di'amah bin 'Aziz bin 'Amru bin Robi,ah bin 'Amru bin Al Harits bin Sadusi Abu Al Khuththob As Sadusi Al Bashri Al Akmah.[1] Seorang Arab asli yang tinggal di Basroh. Salah seorang yang hafidz di zamannya, ulama' tabi'in dan imam para 'amilin dan merupakan qudwah bagi para ahli tafsir dan ahli hadits. Yang dilahirkan dalam keadaan buta. Yahya bin Ma’in mengatakan, “Ia dilahirkan pada tahun 60 Hijriyah, dan ia merupakan keturunan Sadus[2].” Imam Ahmad juga mengatakan, “Kelahiran Qotadah sama dengan Al A’masy.”

Para Guru Beliau antara lain :
Anas bin Malik, Abu Ath Thufail Al Kinani, 'Abdulloh bin Sarjis, Shofiyah binti Syaibah, Abu Sa'id Al Khudzri, Sinan bin Salamah banal Muhabbiq, 'Imron bin Hushoin serta banyak di antara tabi'in yang lainnya. Seperti Sa'id bin Al Musayyib, Hasan Al Bashri, Abu Al 'Aliyah Rufai' Ar riyah, Zaroroh bin 'Aufa, 'Atho' bin abi Robbah, Ikrimah, Mujahid bin Jabr, Muhammad bin Sirin, Masruq, Abu Asy Sya'sya' Jabir bin Zaid, Humaid bin 'Abdurrohman bin 'Auf,'Uqbah bin 'Abdul Ghofir, Zuroroh bin 'Aufa, Khillas Al Hajari, Shofwan bin Muhriz, salim bin Abi Al Ja'd,  Abu Mijlaz Lahiq bin Humaid, Hasan bin Bilal, An Nadhr dan Abu Bakr kedua anak Anas bin Malik, Nashr bin 'Ashim Al Laitsi, Abu Gholab bin Jubair, Abu Ayyub Al Maroghi, Abu Hassan Al A'roj, Abu Rofi' Ash Shoigh, Abu 'Utsman An Nahdi, Abu 'Isa Al Aswari, Abu An Nadhroh Al 'Abdi, Abu al Malih bin Usamah, Abu Al Mutawakkil An Naji, Abu Burdah bin Abi Musa dan Anaknya Sa'id bin Abi Burdah, yang merupakan temannya, Budail bin Maisaroh, yang merupakan temannya juga, Asy Sya'bi, Abdulloh bin Syaqiq Al 'Uqoili, 'Abdulloh bin Ma'bad Az Zamani, 'Azroh bin 'Abdirrohman, 'Uqbah bin Shu'ban, 'Aun bin 'Abdillah bin 'Utaibah bin Mas'ud, Qoza'ah bin Yahya, Muthorrif bin 'Abdillah bin Asy Syikhoiyyir, Abu As Sawwar Al 'Adawi, Mu'adz Al 'Adawiyah, Hafshoh binti Sirin, dan yang lainnya.



Para Murid Beliau antara lain :
Ayyub As Sakhtiyaniy, Sulaiman At Taimi, Jarir bin Hazim, Yazid bin Ibrohim At Tustari, Yunus Al Iskaf, Abu Hilal Ar Rosibi, Hisyam Ad Daswa'iy, Mathor Al Waroq, Hammad bin Salamah, Hamid Ath Thowil, Sa'id bin Abi 'Urubah, Al A'masy, Syu'bah, Al Auza'I, Mis'ar, Ma'mar, Hammam bin Yahya bin 'Amru bin Al Harits Al Mishri, Syaiban An Nahwi, Sallam bin Abi Muthi', Abban bin Yazid Al 'Aththor, Husain bin Dzakwan Al Mu'allim, 'Umar bin Ibrohim Al 'Abdi, 'Imron Al Qoththon, Qurroh bin Kholid, Manshur bin Zadzan, Al Laits bin Sa'ad, Abu 'Awanah, dan yang lainnya.

Kepribadian Beliau :
Ma’mar berkata, “Qotadah mengatakan, ‘Aku lebih suka untuk tidak dibacakan kepadaku hadits-hadits dari Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam kecuali dalam keadaan suci (berwudlu).’”
Ia juga berkata, “Aku mendengar Qotadah berkata, ‘Tidak ada satu ayat pun dalam al qur’an kecuali aku telah mendengar sesuatu tentangnya.”
Ia juga berkata, “Qotadah berkata, ‘Aku tidak mendengar sesuatu apapun kecuali aku menghafalnya.”
Abu ‘Awanah berkata, “Aku telah mendengar Qotadah berkata, ‘Aku tidak pernah berfatwa dengan pemikiranku sejak tiga puluh tahun.’”
Qotadah berkata, "Aku tidak mendengar sesuatu kecuali hatiku menerimanya."

Pengalaman Belajar Beliau :
          Ma’mar berkata, Qotadah mengatakan, “Aku telah bermajelis bersama Al Hasan selama dua belas tahun dimana aku sholat shubuh bersamanya selama tiga tahun dan sebagaimana aku, ia pun belajar dariku.”
Dan pernah dibacakan kepadanya shohifah milik Jabir sekali saja dan dia langsung dapat menghafalnya. Maka dia mengulangi hafalannya pada suatu hari lalu ia dipuji karena ilmunya dan kepahamannya serta pengetahuannya tentang ikhtilaf dan tafsir dan lain sebagainya. Syu'bah berkata, "Aku telah menulis hadits dari Qotadah sebanyak 70 hadits, dan pada kesemuanya ia mengatakan, 'Aku telah mendengar dari Anas bin Malik' kecuali empat hadits."
Mathor berkata, "Apabila Qotadah mendengar hadits yang dia riwayatkan dari al 'Uwail dan Az Zuwail sehingga ia menghafalnya."
Ma’mar berkata, “Qotadah telah belajar kepada Sa’id bin Musayyib selama delapan hari. Maka Sa’id bin Musayyib berkata kepadanya pada hari yang kedelapan, ‘Pergilah wahai orang buta..! Karena engkau telah menguras semua ilmuku.’”
Salam bin Abi Muthi’ berkata, “Qotadah mengkhatamkan Al Qur’an dalam seminggu, lalu ketika pada bulan Romadlon, ia mengkhatamkan al qur’an setiap tiga harinya, dan ketika pada kesepuluh hari terakhir, ia mengkhatamkannya di setiap malamnya.”

Kedudukan Beliau dalam Tafsir :
Qotadah mempunyai bagian besar ilmu di atas apa yang ia telah terkenal dengannya berupa pengetahuannya tentang tafsir terhadap kitab Alloh. Sehingga ketika sebagian dari mereka yang kebanyakan mereka adalah para budaknya mendatanginya, jarang di antara mereka yang mendatangi orang selainnya. Sa'id bin Musayyib berkata tentang hal ini, "Apa yang datang dari imam 'Iroqi lebih baik daripada yang datang dari Qotadah."[3]

Ma'mar juga berkata, "Aku bertanya kepada Abu 'Amru bin Al 'Ala' tentang firman Alloh QS. Az Zukhruf : 13
$tBur $¨Zà2 ¼çms9 tûüÏR̍ø)ãB ÇÊÌÈ
Akan tetapi ia tidak menjawabku. Lalu aku berkata, "Aku mendengar Qotadah berkata, '………..' Maka ia diam, aku berkata kepadanya, "Apa yang mau engkau katakan, wahai Abu 'Amru?" Ia berkata, 'Cukuplah bagimu Qotadah, walaupun tentang perkataannya dalam masalah taqdir –Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam telah bersabda,
((إذا ذكر القدر فأمسكوا))
-tidak ada seorang pun yang menyainginya pada masanya."[4]
Dan hal ini menunjukan bahwa Abu 'Amru mengakui akan keilmuan Qotadah dengan tafsir Al Qur'an, walaupun ada yang mengiranya terlalu berlebihan dalam masalah Qodlo' dan Qodar. Dan telah didapati banyak riwayatr tentangnya dalam hal tersebut, akan tetapi kami mendapati banyak yang paling shohih meriwayatkannya dan mereka membutuhkan riwayatnya dan cukuplah hal ini bagi kami akan keadilan dan ketsiqohannya.
Hammad bin Salamah berkata, “Kami mendatangi Qotadah, lalu ia berkata, ‘Telah sampai kepada kami dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, dan telah sampai kepada kami dari ‘Umar, telah sampai kepada kami dari ‘Ali dan hampir ia tidak mensanadkan’ dan ketika Hammad bin Abi Sulaiman datang ke bashroh, ia menjadikannya dengan mengatakan, ‘Ibrohim telah mengatakan kepada kami dan fulan dan fulan’ Dan ketika sampai kepada Qotadah, ia mengatakan, ‘Aku bertanya kepada Muthorrif dan aku telah bertanya kepada Sa’id bin Musayyib dan telah mengatakan kepada kami Anas bin Malik lalu ia mengabarkan dengan sanad-sanadnya.’”[5]
Syu’bah mengatakan, “Aku melihat ke arah bibirnya Qotadah bagaimana ia berbicara, dan apabila ia berkata, ‘Telah mengatakan kepada kami’ maka aku menulisnya. Dan jika ia tidak mengatakannya, maka aku tidak menulisnya.”[6]
Ia juga mengatakan, “Kami telah mengetahui semua yang Qotadah belum mendengarnya, yaitu apabila ia mengatakan, ‘Fulan berkata, dan fulan berkata’, kami tahu kalau dia belum mendengarnya.”

Sanjungan  Para 'Ulama' Terhadap Beliau :
Dia adalah orang yang kuat hafalannya. Orang yang berpandangan luas dalam masalah syair Arab. Yang mengetahui perihal keseharian orang Arab dan mengetahui nasab mereka. Pandai dalam bahasa Arab. Dan dari keahliannya inilah dia menjadi terkenal dalam masalah tafsir. Dan telah dibuktikan kadar kekuatan hafalannya sebagaimana yang diriwayatkan Salam bin Miskin, ia berkata, Amru bin 'Abdillah berkata kepadaku, "Qotadah mendatangi Sa'id bin Musayyib dan bertanya kepadanya selama beberapa hari. Maka Sa'id bin Musayyib berkata kepadanya, 'Apakah semua yang engkau tanyakan tentangnya kepadaku engkau hafalkan?' Dia menjawab, 'Ya! Aku telah bertanya kepadamu tentang ini dan engkau menjawabnya begini, dan aku telah bertanya kepadamu begitu dan engkau menjawabnya begitu, dan Al Hasan berkata tentang permasalahan tersebut begini…, sehingga dia menceritakan semuanya kepadanya.' Dia berkata, "Said bin Musayyib berkata, 'Aku tidak menyangka kalau Alloh telah menciptakan orang seperti engkau.' Dan telah didatangkan kepada Sa'id bin Musayyib dengan kekuatan hafalan Muhammad bin Sirin, maka dia berkata, 'Qotadah lebih kuat hafalannya.'"
Dari Ibnu Syaudzib, “Seorang laki-laki dari penduduk Bashroh mengatakan, ‘Engkau tidak akan menuntut ilmu jika tidak engkau dapatkan seperti ibadahnya Tsabit, hafalan Qotadah, kewaro’an Ibnu Sirin, Keilmuan Al Hasan, dan kezuhudan Malik bin Dinar.’”
Bakr bin Al Muzni berkata, "Aku tidak melihat orang yang paling hafal selain dia."
Muhammad bin Sirin berkata, "Dia adalah orang yang paling hafal di antara manusia."
Ma'mar berkata kepada Az Zuhri, "Menurutmu siapakah yang lebih 'alim antara Qotadah dan Makhul?" Az Zuhri berkata, "Qotadah lebih pandai daripada Makhul."
Bakr bin Al Muzni, ia berkata, “Barangsiapa yang senang melihat kepada orang yang paling hafal, maka lihatlah kepada Qotadah.”
Ma'mar berkata, "Aku tidak melihat orang yang paling faqih kecuali Az Zuhri, Hammad dan Qotadah."
Abu Hatim berkata, "Aku mendengar Ahmad bin Hanbal ketika berbicara tentang Qotadah, dan ia memujinya atas keluasan  ilmunya dan kepahamannya serta pengetahuannya tentang ikhtilaf dan tafsir, dan mensifatinya sebagai orang yang hafidz dan faqih. Dan Ia berkata, 'Belum pernah didapati orang yang lebih unggul daripadanya, adapun yang semisalnya mungkin saja."
Abu Hatim juga pernah berkata, "Yang paling tsabit di antara sahabat Anas bin Malik adalah Az Zuhri kemudian Qotadah."
Ibnu Sa'ad berkata, "Ia adalah orang yang tsiqqoh lagi terpercaya hujjahnya dalam hadits, dan ia pernah mengatakan sesuatu tentang takdir."
Ibnu Hibban mengatakan dalam Ats Tsiqot-nya, "Ia merupakan orang yang tahu tentang Al Qur'an dan Fiqih dan orang yang hafal orang orang pada masanya."
Ahmad bin Hambal berkata, "Dia adalah orang yang paling hafal di antara penduduk Bashroh, yang tidak mendengar sesuatu kecuali ia menghafalnya, dan telah dibacakan kepadanya shohifah milik Jabir sekali saja dan ia dapat menghafalnya."

Contoh Riwayat-Riwayat beliau :
          Abu Salamah At Tabudzaki berkata, Abu Hilal mengatakan kepada kami, Qotadah mengatakan kepada kami dengan berkata, “Bani Israel berkata, ‘Yaa…Robbi engkau di langit dan kami di bumi, lalu bagaimana kami dapat mengetahui atas keridhoan atau kemarahan-Mu?’ Dia berfirman, ‘Apabila Aku ridho kepada kalian, Aku akan menjadikan yang terbaik di antara kalian sebagai pemimpin. Dan apabila Aku murka kepada kalian, Aku akan menjadikan orang yang paling jahat di antara kalian sebagai pemimpin kalian.’”

Mutiara-Mutiara Perkataan Beliau :

((من وثق[7] بالله كان الله معه، و من يكن الله معه تكن معه الفعة التي لا تغلب، و الحارس الذي لا ينام، و الهادي الذي لا يذل، و العالم الذي لا ينسى))
"Barangsiapa yang berpegang teguh kepada Alloh, maka Alloh Akan bersamanya. Dan barangsiapa yang Alloh bersamanya, maka ia bersama kelompok yang tidak akan terkalahkan, penjaga yang tidak akan tidur, poemberi petunujk yang tidak akan menyesatkan, dan yang mengetahui yang tidak akan lupa."

Abu Hilal berkata, "Suatu ketika Qotadah ditanya, 'Wahai Abu Al Khuththob, Apakah kami harus menulis apa yang kami dengar?' Dia berkata, 'Tidak ada seorang pun yang melarang engkau untuk menulis, dan Alloh Yang Mahalembut lagi Mahatahu pun telah memberitahukan kepadamu bahwasannya Dia telah menulis,' Kemudian dia membaca QS. Thoha : 52.
Îû 5=»tGÏ. ( žw @ÅÒtƒ În1u Ÿwur Ó|¤Ytƒ ÇÎËÈ
"Di dalam sebuah kitab,[8] Tuhan kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa." [9]

((في الجنة كوة إلى النار، فيقولون[10] : ما بال الأشقياء دخلوا النار، و إنما دخلنا الجنة بفضل تعديبكم؟ فقالوا : إنا كنا نأمركم و لا نأتمر، و ننهاكم و لا ننتهي))
“Di dalam Jannah ada jendela menghadap ke neraka, maka mereka berkata, ‘Apa yang menyebabkan orang-orang yang menderita itu masuk neraka, padahal kami masuk jannah adalah karena mereka mengajarkan kami tentang adab?’ Maka mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami telah mnyuruh kalian berbuat kebaikan, tetapi kami tidak melakukannya, dan kami melarang kalian berbuat keburukan, tetapi kami malah melakukannya.’”
((باب من العلم يحفظه الرجل يطلب به صلاح نفسه و صلاح دينه و صلاح الناس، أفضل من عبادة حول كامل))
“Salah satu pintu ilmu dengan menghafalnya seseorang dengan tujuan untuk kebaikan dirinya dan diinnya serta seluruh manusia, adalah lebih baik dari pada ibadah selama satu tahun penuh.”
((لو كان يكتفي من العلم بشيئ لاكتفى موسى عليه السلام بما عنده، و لكنه طلب الزيادة))
"Jikalau seseorang itu merasa cukup dengan ilmunya, maka Musa 'Alaihis Salam pasti akan merasa cukup dengan (ilmu) yang dimilikinya. Akan tetapi ia meminta tambahan (ilmu lagi)."
          Dari Sa’id bin Abi ‘Urubah, dari Qotadah, ia berkata,
((ذهن الحاجبين أمان من الصداع))
       “Otak orang-orang yang terhalangi (dari ilmu) aman dari kepusingan.”
((كل شيئ بقدر إلا المعاصي))
       “Segala sesuatu itu berdasarkan takdirnya kecuali maksiyat.”

Wafat Beliau :
Beliau wafat pada tahun 117/118 Hijriyah pada umurnya yang ke-56 tahun.[11]
Abu hatim berkata, "Beliau wafat ketika di daerah Wasith karena terserang penyakit Tho'un (pada tahun 117 Hijriyah) dan umurnya adalah 56 atau 57 tahun."



Maroji' :
1. Al Bidaayah wan Nihaayah Ibnu Katsir Maktabah Ash Shoffa Kairo, Mesir Juz 9 Th. 2003 M/1423 H.
2. At Tafsiir wal Mufassiruun Dr. Muhammad Hayyan Adz Dzahabi Juz 1 Darul Kutubul Hadits Irak Th. 1986 M/1396 H.
3. Diroosaat fii Al Hadiits An Nabawi wa Taariikh Tadwiinihi Dr. Muhammad Musthofa Al A’dhomi Juz 1 Al Maktab Al islami Beirut, Libanon Th. 1400 H/1980 M.
4. Siyarul A'laam An Nubalaa' Imam Adz Dzahabi Juz 5 Darul Fikr Beirut, Libanon Th. 1997 M/1417 H.
5. Tadriibur Roowi fii Syarhi Taqriibin Nabawi Jalaluddin As Suyuthi Juz 2 Daruth Thoyyibah Riyadh Th. 1422 H.
6. Tahdziibut Tahdziib Ibnu Hajar Al 'Asqolani Yayasan Ar Risalah Beirut, Libanon Th. 2001 M/1421 H.
7. Taariikhuts Tsiqqoot Imam Hafidz Ahmad bin 'Abdulloh bin Sholih Abul Hasan Al 'Ajali Darul Maktabah Ilmiyah Beirut, Libanon Th. 1984 M/1405 H.


[1] Tahun meninggalnya 117/118 Hijriyah. Adz Dzahabi berkata dalam Miizaan Al I’tidal (3/385): “Ia seorang yang hafidz, tsiqqoh, tsabit. Akan tetapi ia seorang mudallis; dan berkata terhadap taqdir; sebagaimana yang dikatakan oleh Yahya bin Ma’in. Walaupun begitu tetapi ia tetap dijadikan sebagai hujjah apalagi oleh para Ashhabush Shuhhaah apabila ia mengatakan, ‘Telah mengabarkan kepada kami’.” Biografinya ada pada Al Kasyif (2/341), Tadzkiroh Al Huffaadz (1/122), Wafayat Al A'yaan 4/85, Shiffat Ash Shofwah 3/259, Miizaan Al I'tidal 3/385, Tahdziib At Tahdziib 8/351, Thobaqoot Ibnu Sa'ad 7/229, Syadzaroot Adz Dzahab 1/153, Al ‘Ibar (1/146), dan Tahdziib Al Kamaal (15/224-no. 5434).
[2] Sadus adalah Syaiban bin Dzuhl bin Tsa'labah bin Bakr bin Wa'il. Sebagaimana yang dikatakan  oleh Abdurrozaq, “Qotadah merupakan keturunan Bakr bin Wa’il.”
[3] Tadzkiroh Al Huffadz Juz 1, hal. 123.
[4] Wafayatul A'yan, Juz 2, hal. 179.
[5] Thobaqot Ibnu Sa’ad, Juz 7, Bab 2, hal. 2
[6] Musnad ‘Ali bin Al Jamd, hal. 118-119.
[7] Sedangkan di dalam Shiffat Ash Shofwah, Juz 3, hal. 259, lafadznya adalah :
((من يتق الله...))
"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh…."
[8] Maksudnya: Lauh Mahfuzh.
[9] Thobaqot Ibnu Sa'ad, Juz. 7, Bab 2, hal. 2
[10] Dalam Shiffah Ash Shofwah Juz 3, hal. 259
((فيطلع أهل الجنة من تلك، فيقولون....))
[11] Lihat Tahdzib At Tahdzib, Juz 8, hal. 351-356.

0 komentar:

Posting Komentar