Sholat Tahiyatul Masjid
(1). Perintah sholat tahiyatul masjid
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
Dari Abu Qatadah bahwasanya Rasulullah bersabda,” Apabila salah seorang di antara kalian masuk masjid hendaklah sholat dua raka’at sebelum ia dduk.” Dalam riwayat lain :
فَإِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى يَرْكَعَ رَكْعَتَيْنِ
” Hendaklah ia tidak duduk kecuali setelah sholat dua raka’at.”[1]
Imam An Nawawi mengatakan,” Para ulama telah bersepakat mengenai disunahkannya sholat tahiyatul masjid, dan dimakruhkan duduk sebelum melaksanakan sholat tahiyatul masjid, keculai bila ada udzur (maka tidak makruh—pen), berdasar hadits Abu Qatadah yang tegas melarang (duduk sebelum melaksanakan sholat tahiyatul masjid).”[2]
Sekalipun sekedar sunah, namun perhatian Rasulullah sangat besar terhadap sholat Tahiyatul masjid. Beliau terkadang memtong khutbah Jum’at untuk menyuruh seorang shahabat yang baru masuk masjid untuk sholat tahiyatul masjid terlebih dahulu :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِاللَّهِ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ النَّاسَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ أَصَلَّيْتَ يَا فُلَانُ قَالَ لَا قَالَ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ
Dari Jabir bin Abdilah, ia berkata,“ Seorang laki-laki datang (ke masjid) pada saat Nabi sedang menyampaikan khutbah Jum’at. Maka Nabi bertanya,” Apakah engkau sudah sholat, ya fulan ?” Lelaki tersebut menjawab,” belum.” Beliau bersabda,” Bangun dan sholatlah dua raka’at ! ”[3]
(3)- Waktu sholat tahiyatul masjid
* Imam Asy Syafi’i dan An Nawawi berpendapat, sholat tahiyatul masjid boleh dilaksanakan setiap kali masuk masjid, baik pada waktu yang diperbolehkan sholat maupun pada waktu yang dilarang sholat. Dasarnya, sholat tahiyatul masjid adalah sholat sunah yang dikerjakan karena sebuah sebab tertentu (dalam hal ini, sebab tersebut adalah ; masuk masjid), maka ia boleh dikerjakan baik di waktu boleh sholat maupun di waktu dilarang sholat. Sebagaimana Rasulullah pernah menqadha’ sholat ba’diyah Dhuhur setelah sholat ‘Ashar, padahal waktu setelah ‘Ashar adalah waktu dilarang sholat.
* Imam Abu Hanifah, Al Auza’i dan Al Laits bin Sa’ad berpendapat, sholat tahiyatul masjid hanya boleh dilaksanakan pada waktu-waktu diperbolehkan sholat. Karena itu, sholat tahiyatul masjid tidak boleh dilaksanakan setelah (misalnya) seseorang melakukan sholat Subuh dan ‘Ashar.[4]
(4)- Pelaksanaan sholat tahiyatul masjid
- Bila seseorang masuk masjid dan ia melaksanakan sholat dua raka’at, baik fardhu maupun sunah (sunah rawatib maupun bukan rawatib) ; ia telah dianggap melaksanakan sholat tahiyatul masjid, sekalipun ia tidak meniatkan sholat tahiyatul masjid.[5]
- Jika seseorang masuk masjid dan khatib sedang menyampaikan khutbah, baik khutbah Jum’at maupun khutbah lainnya ; hendaknya ia segera melakukan sholat tahiyatul masjid dengan ringkas (tidak memajangkan bacaan).
- Para ulama menyatakan makruh melaksanakan sholat tahiyatul masjid dalam dua kondisi : (a). Jika ia masuk masjid sedang imam sudah memimpin sholat wajib, atau muadzin sudah mengumandangkan iqamah. (b). Jika ia masuk masjidil haram, maka selayaknya ia melakukan thawaf dan tidak disibukkan dengan sholat tahiyatul masjid.[6]
[1] - HR. Bukhari ; Kitabu Sholat no. 444 dan Kitabu Tahajud no. 1163, Muslim : Kitabu Sholatil Musafirin no. 714, Abu Daud no. 467, at Tirmidzi no. 316, Ibnu Majah no. 1013, An Nasai 2/53.
[2] - Al Majmu’ Syarhu Al Muhadzab 4/56.
[3] - HR. Bukhari ; Kitabul Jumu’ah no. 930 dan Kitabu Tahajud no. 1166, Muslim Kitabul Jumu’ah no. 875, Abu daud no. 1115, Tirmidzi no. 510, Ibnu Majah no. 1112.
[4] - Al Majmu’ Syarhu Al Muhadzab 4/56. Al ‘Aziz Syarhul Wajiz 2/130. Syarhu Shahih Muslim 3/191-192.
[5] - Al Majmu’ Syarhu Al Muhadzab 4/56.
[6]- Al Majmu’ Syarhu Al Muhadzab 4/56.
0 komentar:
Posting Komentar