Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Selasa, 13 Desember 2011

MILYADER PEMBURU JANNAH


MILYADER PEMBURU JANNAH

Kekuatan kaum muslimin mulai membuat romawi tidak tenang. Kaisar herakluis melihat ancaman besar jika kaum muslimin madinah tidak segera digulung. Apalagi beberapa kabilah arab mulai bergabung dengan rasulallah saw setelah mereka sebelumnya tunduk dibawah kekuasaan romawi. Akhirnya mereka memutuskan untuk segera menyerang kota madinah.
Berita tersebut segera direspon Rasulallah saw. Beliau tidak ingin kedahuluan olehm mereka, maka beliau segera mengadakan mobilisasi persiapan pasukan untuk menyongsong musuh ditabuk.
Tetapi cuaca kemarau yang panjang, dan kesulitan ekonomi merupakan satu kendala tersendiri untuk menyiapkan pasukan. Maka Rasulallah saw mengumpulkan kaum muslimin, naik mimbar memuji Allah dan menghasung mereka untuk mengeluarkan hartanya dengan ganti jannah baginya.
Saat itulah milyader islam, Utsman bin Affan yang juga menantu Rasulallah saw, berdiri dan berkata, ''saya sumbangkan seratus unta dan perbekalannya ya, Rasulallah .''
Rasulallah kemudian turun dari mimbar, lalu naik lagi menghasung manusia untuk berinfak. Lagi lagi utsman berdiri dan menyumbangkan seratus unta dan perbekalannya. Setelah itu Rasulallah saw menghasung lagi Utsman menjawab hasungan dengan menambah seratus unta lagi, sehingga genaplah sumbangannya menjadi tiga ratus unta. Sekiranya unta seharga 20.000.000, maka sekali menyumbang, milyader dermawan ini menyumbang sekitar enam milyar rupiah.
Pantaslah jika kemudian wajah Rasulallah kemudian berbinar karenanya seraya berkata, ''tidak ada sesuatupun perbuatan Utsman yang membahayakan setelah hari ini.''
Tidak hanya itu saja. Beliau kemudian pulang dan mengambil seribu dinar hartanya dan diserahkan kepada Rasulallah saw. Tahukah anda berapa nilai satu dinar emas? Ia setara dengan 41/5 gram emas. Jika satu gram emas dihargai dua ratus ribu, maka ia telah menambah sumbangannya sejumlah 825 juta rupiah. Rasulallah saw bertambah gembira dengan kedermawan Utsman sehingga beliau bersabda, ''semoga Allah mengampunimu ya Utsman, baik dosa yang tersembunyi maupun yang kelihatan...baik yang telah lalu maupun yang kemudian sampai pada hari kiamat.''
Bahkan dalam riwayat lain disebutkan bahwa Utsman senantiasa menambah jumlah sumbangannya untuk persiapan perang tersebut sehingga total bantuan ontanya mencapai sembilan ratus ekor unta.
Itulah salah satu kiprah besar Dzu Nuraini (julukan utsman) yang mendapat kemuliaan menjadi suami dua putri Rasulallah saw.
Kedermawan Utsman bin Affan tidak hanya sekali saja, melainkan berkali kali dan memang telah menjadi karakter hidup beliau. Diantaranya adalah saat kaum muslimin madinah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air. Satu satunya sumber air yang melimpah airnya adalah milik orang yahudi tua yang tamak. Orang orang yang mengambil air dari sumurnya dikenakan biaya yang tinggi sekali sehingga mencekik leher kaum muslimin. Utsman bin Affan tidak tega melihat keadaan ini. Beliau lantas menemui si yahudi dan menawar harga sumur tersebut. Si yahudi tamak tadi memanfaatkan keadaan, ia menawarkan separo sumber airnya dengan harga diluar kewajaran sebanyak dua belas ribu dirham. Meskipun mahal tetapi Utsman bin Affan tetap membelinya.
Kemudian kaum muslimin dapat mengambil air tersebut pada hari berikutnya dengan gratis. Sebab oleh sahabat Utsman sumur itu diwakafkan untuk kaum muslimin. Setelah itu jatah si yahudi tidak ada yang mau membeli lagi sehingga akhirnya ia jual kepada sahabat Utsman bin Affan ra.
Satu lagi contoh kedermawanan sahabat ini. Ketika masa pemerintahan Umar bin Khattab ra, pernah terjadi tahun kekeringan dan paceklik, sehingga penduduk Madinah terancam kelaparan. Pada saat yang terancam kelaparan. Pada saat yang menegangkan tersebut, datanglah kafilah dagang Utsman bin Affan ra dari Syam yang terdiri dari seribu unta dengan membawa bahan makanan.
Para pedagang pun segera bergegas untuk membeli bahan makanan yang sangat dibutuhkan tersebut. Para pedagang berkata, ''ya, Abu Amru, juallah bahan makanan tersebut kepada kami.''beliau menjawab, baik tetapi berapa kalian berani membeli untung kepadaku? ''mereka menjawab, ''kami berani membelinya dua kali lipat.'' Utsman bin Affan berkata, ''ada yang berani membelinya lebih dari itu.''
Para pedagang pun meningkatkan harganya. Tetapi Utsman mengatakan ada yang berani membeli lebih besar lagi. Mereka pun meningkatkan harganya. Tetapi lagi lagi Utsman bin Affan mengatakan ada yang lebih berani lebih tinggi lagi.
Akhirnya setelah mereka merasa tidak mampu menjangkau harganya, mereka bertanya, ''ya Abu Amru, di Madinah ini tidak ada pedagang selain kami, dan tidak ada seorang pun yang mendahului kami untuk menawar dagangan anda. Lantas siapakah yang berani memberimu harga lebih tinggi lagi daripada harga yang kami tawarkan?''
Beliau berkata, ''sesungguhnya Allah memberi harga padaku setiap dirham dilipatkan sepuluh kali. Apakah kalian berani memberinya lebih tinggi lagi?''
Mereka menjawab, ''tidak wahai Abu Amru.''
Beliau berkata, ''saya persaksikan kepada Allah swt, bahwa apa yang dibawa onta onta tersebut saya jadikan sedekah bagi kaum muslimin yang fakir, saya tidak mengarap balasan dari seorangpun juga, melainkan saya hanya mengharap pahala dan keridhaan Allah.''
Selain kedermawanan beliau, ada lagi amal besar beliau yang dirasakan kaum muslimin mafaatnya sampai hari ini. Yaitu inisiatif beliau untuk menyatukan mushaf. Hal ini terjadi karena keprihatinan sahabat Hudzaifah al Yamani yang melihat perselisihan sebagian kaum muslimin dalam membaca al qur'an dan masing masing berbangga dengan gaya bacaannya. Padahal sebenarnya al qur'an memang boleh dibaca dengan tujuh qira'at.
Kemudian beliau menyampaikan permasalahan ini kepada Utsman bin Affan yang saat itu telah menjabat sebagai khalifah. Khalifah merespon permasalahan tersebut, lalu memrintahkan sahabat Zaid bin Tsabit untuk memimpin proses penulisan ulang mushaf yang dulu pernah dikumpulkan sahabat Abu Bakar as Shiddiq, lalu terakhir disimpan oleh Hafsah binti Umar salah satu Ummahatul Mukminin. Dengan tekun tim Zaid bin Tsabit berhasil menulis mushaf yang kemudian masing masing dikirimkan ke wilayah wilayah kaum muslimin yang semakin meluas. Lantas Utsman bin Affan atas kesepakatan para sahabat untuk membakar semua mushaf selain mushaf yang ditulis ulang dari mushaf susunan zaman Abu Bakar as Siddiq. Dengan kemudian persatuan kaum muslimin dalam membaca mushaf pun terjaga.

0 komentar:

Posting Komentar