Membaca Basmalah dengan Keras
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum membaca basmalah secara keras dalam sholat:
1- Tidak disunahkan membaca basmalah dengan keras. Ini pendapat shahabat Abu Bakar, Umar, Utsman dan ulama sesudahnya seperti Abdullah bin Mubarak dan Ishaq bin Rahawaihh. Juga menjadi pendapat imam Abu Hanifah, Malik, Al Auza’i dan Daud Adh Dhahiri. Berdasar beberapa hadits;
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِي اللَّه عَنْهمَا كَانُوا يَفْتَتِحُونَ الصَّلَاةَ بِ ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ )
Dari Anas bin Malik, ia berkata,” Adalah Nabi Shalllallahu ‘alaihi wa salam, Abu Bakar dan Umar memulai sholat dengan membaca al hamdu lillahi rabbil ‘alamin.”[1]
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَفْتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِ ( الْحَمْد لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ )
Dari Aisyah bahwasanya Rasulullah memulai sholat dengan takbiratul ihram dan memulai qira’ah dengan al hamdu lillahi rabbil ‘alamin.”[2]
عَنِ ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُغَفَّلٍ قَالَ سَمِعَنِي أَبِي وَأَنَا فِي الصَّلَاةِ أَقُولُ بِسْم اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ فَقَالَ لِي أَيْ بُنَيَّ مُحْدَثٌ إِيَّاكَ وَالْحَدَثَ قَالَ وَلَمْ أَرَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَبْغَضَ إِلَيْهِ الْحَدَثُ فِي الْإِسْلَامِ يَعْنِي مِنْهُ قَالَ وَقَدْ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ وَمَعَ عُمَرَ وَمَعَ عُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقُولُهَا فَلَا تَقُلْهَا إِذَا أَنْتَ صَلَّيْتَ فَقُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dari anak Abdullah bin Mughafal, ia berkata,” Ketika saya membaca bismillahi ar rahmani ar rahiim dalam sholat, ayahku mendengarnya dan berkata,” Wahai anakku, itu adalah bid’ah maka jauhilah bid’ah. ---saya tidak pernah melihat seorang shahabat Rasulullah yang lebih membenci bid’ah melebihi ia (ayah)---. Sesungguhnya saya pernah sholat di belakang Rasulullah, Abu bakar, Umar dan Utsman, dan saya tak pernah mendengar seorangpun dari mereka membacanya, maka janganlah kamu membacanya. Apabila kamu membaca dalam sholat, maka bacalah al hamdulillahi rabbil ‘alamin.”[3]
2- Disunahkan membaca basmalah dengan keras. Ini adalah pendapat para ulama shahabat seperti Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu Zubair. Juga pendapat para ulama tabi’in seperti Thawus, atha’, Makhul. Dan juga pendapat para ulama setelah generasi mereka seperti Asy Syafi’i, Ibnu Mundzir, Ahmad, Ishaq, Abu Ubaid, sekelompok ulama Kufah dan Makkah serta mayoritas ulama Baghdad. Imam Al Khathabi juga meriwayatkan pendapat ini dari Abu Hurairah dan Sa’id bin Jubair. Imam Al Baihaqi juga meriwayatkan pendapat ini dari Ali bin Abi Thalib, Az Zuhri, Muhammad bin Ka’ab dan Sufyan Ats Tsauri.
Mereka berdasar kepada beberapa alasan, antara lain ;
- Basmalah adalah bagian dari surat al fatihah.
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَا سُئِلَتْ عَنْ قِرَاءَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ كَانَ يُقَطِّعُ قِرَاءَتَهُ آيَةً آيَةً ( بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) ( الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ) ( الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) ( مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ )
- Dari Ummu Salamah beliau ditanya tentang bacaan Rasulullah. Maka beliau menjawab,” Adalah Rasulullah membaca satu ayat satu ayat. Bismillahi ar rahmani ar rahim (berhenti sesaat-pen). Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin. (berhenti sesaat-pen). Ar rahmani ar rahim ((berhenti sesaat-pen)). Maaliki yaumi dien ((berhenti sesaat-pen)).”[4]
عَنْ قَتَادَةَ قَالَ سُئِلَ أَنَسٌ كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ كَانَتْ مَدًّا ثُمَّ قَرَأَ ( بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ) يَمُدُّ بِبِسْمِ اللَّهِ وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ وَيَمُدُّ بِالرَّحِيمِ
- Dari Anas ia ditanya tentang bacaan Rasulullah, maka ia menjawab,” Adalah bacaan Rasulullah itu mad (dipanjangkan). Ia lalu membaca bismillahi ar rahmani ar rahim. Beliau memanjangkan bismillahi, memanjangkan ar rahmani, memanjangkan ar rahim.”[5]
عَنْ أَنَسٍ قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ فَقَرَأَ بِسْم اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ( إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ )
- Dari Anas ia berkata,” Pada suatu hari, Rasulullah berada di tengah-tengah kami, tiba-tiba beliau pingsan. Beliau lalu mengangkat kepalanya dan tersenyum. Kami bertanya,” Apa yang menjadikan anda tersenyum, wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab,” Baru saja diturunkan sebuah surat kepadaku.” Beliau lalu membaca surat al kautsar ; bismillahi ar rahmani ar rahim. Innaa a’thainaka al kautsar.”‘[6]
Kesimpulan :
Baik membaca basmalah dengan suara pelan maupun keras, telah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam dan para shahabat. Oleh karena itu, masing-masing boleh dilakukan dan sebaiknya terkadang membaca basmalah dengan suara keras dan terkadang dengan suara pelan, sebagai bentuk kompromi dari semua dalil. Wallahu A’lam bish Shawab.
Sumber ;
- An Nawawi, Al Majmu’ Syarhu Al Muhadzab 3/279-302, Beirut, Daarul Fikr, cet 1 ; 1417 H / 1996 M.
- Ibnu Qayyim, Zaadul Ma’ad fi Hadyi Khairil ‘Ibad, Beirut, Muassasatu ar Risalah, cet 14 ; 1986 M.
- Muhammad Nashirudin Al Albani, Irwaul Ghalil Takhriju Ahaditsi Manari Sabil, Beirut, Al Maktabu Al Islami, cet 2; 1405 H / 1985 M.
[1] - HR. Bukhari : Kitabul Adzan dan Muslim ; Kitabu Sholat.
[2] - HR. Muslim : Kitabu Sholat.
[3] - HR. Tirmidzi ; Kitabu Sholat no. 244 dan An Nasai 2/135.
[4] - HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Al Baihaqi, Ad Daruquthni, Al Hakim, Ahmad dan Abu Amru Ad Daani, dengan lafal Ahmad. Dishahihkan oleh Ad Daruquthni, Al Hakim, Adz Dzahabi, Ibnu Khuzaimah, An Nawawi dan Al Albani dalam Irwaul Ghalil no. 343, Shahih Jami’ Shaghir no. 5000 dan Takhriju Misykatil Mashabih no. 2205.
[5] - HR. Bukhari Kitabu Fadhailul Qur’an no. 5045, 5046, Abu Daud no. 1465, An Nasai 2/179, Ibnu Majah no. 1353, Al Baihaqi 2/52.
[6] - HR. Muslim ; Kitabu sholat, An Nasai 2/133, Al Baihaqi 2/43.
0 komentar:
Posting Komentar