Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Sabtu, 17 Desember 2011

HARUSKAH MENCARI JALAN PINTAS ?



HARUSKAH MENCARI JALAN PINTAS ?

Saudaraku ! Telah berlalu satu generasi yang dinilai Murabbi-nya (Rasulullah) sebagai generasi terbaik umat ini. Dan bahkan Allah pencipta alam semesta telah menetapkan keberhakan mereka untuk menyandang :

Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah… (QS. 3:110)

Itulah sebuah generasi yang di dalamnya telah bersatu antara idealisme dan realitas. Diterjemahkannya nilai-nilai ideal Islam ke dalam dunia realitas dan diangkatnya dunia realitas kemanusiaan ke tingkat ideal. Tahukah kita, rahasia apa yang telah menciptakan wujud kemanusiaan yang mulia tersebut ? Tak ada satupun yang meragukan bahwa rahasianya adalah Al Qur`an…sebuah Kitab mulia yang di-turunkan guna menata ulang kemanusiaan atas dasar hidayah Wahyu Rabbani.

Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (QS. 17:9)

Akan tetapi, bagian manakah dari Kitab yang mulia ini yang menjadi rahasia besar perubahan kemanusiaan tersebut ? apakah hanya ungkapan-ungkapan kalimatnya yang indah ? Susunannya yang tertib ? langgam-langgamnya yang mendayu ? makna-maknanya yang begitu lengkap ? hukum-hukumnya yang adil ? atau kisah-kisahnya yang me-nyentuh ? Kita tidak meragukan bahwa semua itulah rahasianya. Setiap huruf di dalam Al Qur`an memiliki kandungan di masing-masing tempatnya serta masing-masing.memiliki sisi pengaruhnya Akan tetapi, tidak keliru jika kita katakan bahwa kandungan Al Qur`an yang paling utama adalah kandungan Uluhiyyah … kandungan لا إله إلا الله  

Al Qur`an telah menancapkan asas ini di masa Makkah dan mengkontinyukannya hingga di Madinah kepada semua kaum mukmin-in, suatu kaum yang telah beriman dan tertancap keimananya dalam jiwa-jiwa mereka, hingga melahirkan umat Islam, negara Islam dan tentara-tentara Islam yang berjuang di jalan Allah. Menancapkan asas ini bukan disebabkan adanya pengingkaran orang-orang yang diajak dialog Al Qur`an pertama kali. Akan tetapi, asas ini dimulai karena itulah satu-satunya kunci yang mampu membuka hati-hati kemanusia-an ke arah kebajikan, menumbuhkan sikap kebaikan, membinanya di atas kebajikan dan melahirkan nilai-nilai kebaikan.

Untuk itu, saudaraku ! terjun ke dalam masalah-masalah politik (contoh minimal demonstrasi mendukung satu penguasa dan  menolak penguasa yang lain) bukan merupakan tugas dasar jama`ah kaum muslimin. Tugas dasar kita adalah menjelaskan manhaj Islami yang dapat meluruskan berbagai urusan serta menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi adalah akibat ketidak ittiba`an kita kepada manhaj Rabbani tersebut. Dan kita harus memahami bahwa kejatuhan dan kebangkitan seorang penguasa di bagian dunia Islam yang mana saja saat ini tidak akan pernah merubah Mauqif sedikitpun, sepanjang tidak terdapat “Qaidah Islamiyah” yang siap menegakkan hukum Islami, kemudian menjaga dan memelihara eksistensinya, yang kesemuanya itu hanya dapat diharapkan dari diri kaum muslimin itu sendiri. Karena, penguasa akan berubah silih berganti yang tetap saja akan memerangi Islam dan kaum muslimin walaupun dengan sarana dan cara yang berbeda, sepanjang “Qaidah Islamiyah” belum terwujud.

Tugas seorang da`i bukan hanya menjelaskan kepada manusia untuk menjadi muslim di dalam dunia saja, walaupun tidak memiliki nilai di sisi Allah pada hari kiamat. Tugas mereka adalah menjelaskan kepada manusia bagaimana menjadi seorang mukmin yang hakiki dalam mizan Allah dan diterima di sisiNya pada hari kiamat nanti. Hal itu berarti bahwa tugas mereka adalah memberikan penjelasan kepada manusia tentang hakekat Islam – hakekat tauhid yang bebas dari syirik (dengan tanpa membedakan antara syirik pribadi maupun syirik hukum) serta hakekat sunnah yang bebas dari bid`ah (dengan tanpa membedakan bid`ah ibadah maupun bid`ah sosial) yang merupakan kandungan syahadah  لا إله إلا الله dan syahadah  محمد رسول الله – dan bukan semata-mata terwujudnya Madzhariah Al Islam (simbol-simbol Islam) dalam kehidupan dunia (tanpa terwujudnya tauhid dan sunnah dalam jiwa-jiwa pribadi dan masyarakat)

Bagaimana mungkin seorang muslim yang diperintahkan oleh diennya untuk bertahkim kepada syari`at Allah semata, tanpa yang lainnya dan berikrar bahwa setiap hukum selain hukum Allah adalah hukum jahiliyah yang tidak boleh diterima, diridhai dan bersekutu bersamanya, dengan bangganya bergabung dalam majlis yang menetapkan syari`at jahiliyah, terlebih lagi memberikan sumpah setia kepadanya atau memperhatikan terpeliharanya konstitusi tersebut. Ingatlah, wahai saudaraku ! Allah mengingatkan :

Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam al-Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam, (QS. 4:140)

Merubah kondisi umat dan mengembalikannya kepada hakekat Islam tidak dapat terjadi semudah yang dibayangkan banyak orang. Sesuai sunnatullah dia membutuhkan waktu yang amat panjang dan kesungguhan yang amat besar.

Pertama-tama kita perlu menjelaskan hekekat-hakekat agama yang dimajhulkan, dimulai dengan hakekat لا إله إلا الله . Kemudian yang kedua perlu mentarbiyah masyarakat tentang konsekwensi kandungan kalimat tersebut dalam medan realitas kehidupan (dengan tanpa melupakan penjelasan yang gamblang tentang makar musuh-musuh Allah). Hal itu merupakan pekerjaan yang amat-amat panjang yang tidak mungkin – sesuai dengan sunnatullah – sempurna dalam waktu singkat… Sedangkan masa yang dilalui dakwah – dibandingkan dengan umur umat – amat-amat singkat.

Lari dari medan dakwah dan tarbiyah dengan mengambil jalan pintas merupakan pelarian dari kenyataan yang tidak mampu kita hadapi dengan penuh kesabaran. Sabarlah dan adulah kesabaran dengan musuh-musuh Allah dalam mentarbiyah diri kita dan masyarakat kita tentang hakekat Islam yang sesungguhnya, sampai Allah menilai bahwa kita memang berhak menjadi penegak hukum Allah di bumiNya yang permai.

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik. (QS. 24:55)

Inilah nasehat singkat yang disarikan dari kitab :
Waaqi`unal Mu`aashir” oleh Muhammad Quthb.


AAS

0 komentar:

Posting Komentar