Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Sabtu, 17 Desember 2011

Episode Cinta Bersama Sahabat


Episode Cinta Bersama Sahabat

- Tak biasanya sore ini hujan membahasi kota Padang. Aku berlari-lari kecil mencari halte terdekat, kebetulan hari ini aku lupa membawa payung.
Dalam penantianku menanti redanya hujan, tak sengaja mataku melihat 2 orang anak SMU berlari-lari mengejar bus yang akan membawa mereka kembali ke rumah. Akh… aku rindu suasana seperti itu.
***
Anganku melayang, menyusuri masa-masa SMU yang telah lama berlalu.

Aku masih ingat sahabat. Ketika satu waktu kau dengan cueknya bercerita tentang kahidupanmu. Padahal namamu saja aku belum tahu… Aku hanya tersenyum, sambil sesekali menyela ceritamu.
Sahabat… Ingatkah ketika kau kau bertanya, kenapa kau tidak ku undang pada saat aku ulang tahun yang ke 17? Bagaimana aku mengundangmu? Namamu saja aku tak tahu… Sejak saat itu aku ingin tahu, siapa kau sebenarnya?
Kita menjadi dekat, ketika kita berjuang bersama teman-teman mendirikan KIR yang pada saat itu belum ada di SMU kita. Alhamdulillah, setelah perjuangan panjang, KIR berhasil kita dirikan dan mendapat loyalitas dari kepala sekolah.
Sahabat… aku selalu tersenyum mengenangnya. Ketika pulang sekolah kita berdua makan ice cream cone di Mc Donald sambil belajar Matematika. Kita seolah ga’ peduli dengan tatapan orang-orang sekitar melihat kehebohan kita belajar. Pulangnya, seringkali hujan menguyur Blok M. Dan kita berlari-lari kecil menghindari tetesan air hujan. Kita pun tertawa bersama.
Sahabat… aku terharu bila mengingatnya. Kau rela mengantarku pulang ketika aku sakit di sekolah. Sepulang jalan-jalan dari Tangkuban Perahu. Padahal aku tahu rumah kita berlawanan arah.
Seringkali teman-teman sekolah mengindentikkan kita berdua, bahkan mbok ten, Ibu kantin tempat kita biasa jajan pun begitu. Biasanya kita hanya akan tersenyum. Kita bukanlah dua pribadi yang sama. Itu pula yang pernah kau ungkapkan. Entahlah, sampai kini aku masih bertanya, apa yang menyebabkan kita berdua sedemikian dekatnya?
Keadaan membuat kita harus berpisah, karena aku lulus UMPTN di UNAND dan kau lulus tes di APP. Tiba-tiba aku menyadari betapa berartinya kehadiranmu sahabat.
Ingatkah sahabat… ketika aku liburan semester 3, kita berjumpa. Kau begitu manis dengan pakaian taqwa. Subhanallah… skenarioNya tak pernah kita duga. Kau katakan aku pun cantik dengan busana muslimahku. Aku sungguh terharu sahabat.
Dalam kesunyainku merajut asa di kota ini…. Aku begitu merindukan sahabat. Rindu celoteh ceriamu, kekonyolanmu menggodaku, kesabaranmu mendengar keluh kesahku, ketegaranmu menghadapi rintangan kehidupan. Aku semakin merindukan sososkmu sahabat.
Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa 3 tahun lebih sudah kita terpisahkan oleh jarak dan waktu. Aku tak akan pernah bisa melupakan sosokmu. Kau tak bisa tergantikan, bahkan ketika banyak uluran tangan menawarkan persahabatan padaku.
Sahabat… namamu akan selalu kusertakan dalam setiap munajat panjangku menghadapNya. Insya Allah. Aku selalu berdo’a untuk kebahagianmu sahabat. Semoga Allah meridhoi setiap langkah yang akan kau tempuh..
***
Siapapun kita… setegar apapun kita. Tetap membutuhkan sahabat, yang akan mengiringi langkah kita dalam suka maupun duka. Hanya orang-orang sombonglah yang tidak membutuhkan sahabat. Bahkan Rasulullah SAW mempunyai banyak sahabat. Bukankah beliau tauladan kita?

Hujan sudah mulai reda, dengan sedikit tergesa aku meninggalkan halte menuju wisma tempatku melepas penat setelah seharian di kampus. (Pasar Baru, mengenang masa-masa SMU, saat rindu yang semakin menyentakkan dada terhadap sahabat)
Messi Kurnia
sweet_maissy@yahoo.com

Kado cinta untuk seorang sahabat, yang mengisi ruang kosong di hati. Semoga perjalanan anti mengenapkan ½ dien di ridhoi Allah SWT. Yakinlah dengan langkah ukhti
Lainnya

0 komentar:

Posting Komentar