Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Kamis, 26 April 2012

NENEK PEMUNGUT DAUN




Dahulu disebuah kota di Madura, ada seorang nenek tua yang pekerjaannya menjual bunga cempaka. Ia menjual bunga-bunganya di pasar.  Untuk menuju ke pasar, ia harus menempuh perjalanan yang cukup jauh, dengan berjalan kaki. Usai berjualan, ia biasa pergi ke masjid agung di kota tersebut. Ia berwudhu, masuk masjid, dan melaksanakan sholat dzhuhur. Setelah membaca wirid sekedarnya, ia keluar masjid, kemudian membungkuk-bungkuk di halaman masjid. Ia mengumpulkan dedaunan yang berceceran di halaman masjid. Selembar demi selembar dikaisnya. Tidak satu lembar pun ia lewatkan.
Tentu saja agak lama ia membersihkan halaman masjid yang luas dengan cara itu. Padahal, matahari Madura di siang hari amat terik dan menyengat. Tak ayal, peluh pun membanjiri tubuhnya.
Banyak jama’ah dan pengunjung masjid yang iba melihat kejadian ini, seorang nenek tua memunguti daun-daun kering satu demi satu di siang yang terik. Pada suatu hari, takmir masjid memutuskan untuk membersihkan dedaunan sebelum nenek tua itu datang.
Kesesokan harinya, nenek tua datang, dan langsung masuk ke dalam masjid. Usai sholat, ketika ia hendak melaksanakan kegiatan rutinnya, ia terkejut. Tidak ada satu pun daun kering yang terserak di sana. Ia kembali ke dalam masjid dan menangis dengan keras dan tersedu-sedu. Ia mempertanyakan mengapa daun-daun kering tersebut sudah disapu sebelum kedatangannya. Orang-orang menjelaskan bahwa mereka kasihan kepadanya. “Jika kalian kasihan kepadaku,” kata nenek itu, “biarkanlah aku untuk membersihkannya.”
Singkat cerita, nenek itu dibiarkan memunguti daun-daun kering seperti biasa.
Seorang kiyai terhormat diminta untuk menanyakan kepada nenek tua, mengapa ia begitu bersemangat membersihkan daun-daun kering di halaman masjid itu. Nenek tua itu mau menjelaskan sebabnya dengan dua syarat: pertama, hanya kiyai yang mendengarkan kisahnya; kedua, rahasia itu tidak boleh disebarkan ketika ia masih hidup.
Sekarang nenek itu sudah meninggal, dan anda dapat mendengetahui rahasia itu.
“saya ini perempuan bodoh pak kiyai,” tuturnya. “saya tahu amal-amal saya yang kecil itu mungkin juga tidak benar saya kerjakan. saya tidak mungkin selamat di akhirat kelak tanpa syafa’at kanjeng nabi Muhammad. Setiap kali saya mengambil selembar daun, saya ucapkan satu sholawat kepada kanjeng Nabi Muhammad. Kelak jika saya mati, saya ingin kanjeng Nabi menjemput saya. Biarlah semua daun itu bersaksi bahwa saya membacakan sholawat kepadanya.”  Islamind.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar