Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Selasa, 13 Desember 2011

Sayyidah Fathimah Az-Zahra sa


Sayyidah Fathimah Az-Zahra sa

"Pada malam hari ketika aku pergi mi'raj ke surga, Malaikat Jibril memberiku apel yang diambil dari salah satu pohon apel di surga dan aku memakannya. Ketika aku sampai ke bumi, aku tidur dengan istriku Khadijah kemudian Khadijah hamil hingga lahirlah Fathimah. Karena itu, setiap aku rindu bau surga, aku selalu mencium Fathimah. Tidak pernah terlihat darinya darah haid atau nifas dan najis yang lain. Karena ini pula ia diberi nama haura insiyyah"

Penciptaan Fathimah Zahra s.a

Pada suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang bersama Imam Ali a.s serta para sahabatnya duduk di satu tempat. Malaikat Jibril turun dari langit menemui Rasulullah dan berkata, "Allah menyampaikan salam kepadamu dan memberi perintah kepadamu untuk menjauhi istrimu dan tidak datang ke rumahnya selama empat puluh hari". Kemudian Rasulullah melaksanakan apa yang dikatakan Jibril kepadanya. Beliau berpuasa selama empat puluh hari dan malam harinya hanya dipenuhi dengan ibadah kepada Allah. Ini semua dilakukan oleh Rasulullah di rumah Sayyidah Fathimah binti Asad, ibunda Amirul mukminin Ali bin Abi thalib a.s.

Pada suatu hari Rasulullah memerintahkan Ammar bin Yasir untuk menemui Khadijah di rumahnya dan menyampaikan pesan Rasulullah kepadanya. Ammar menyampaikan pesan tersebut dan berkata kepada Khadijah, "Rasulullah tidak bisa datang ke rumahmu karena diperintah oleh Allah, bukan karena ada kesalahan darimu. Beliau juga memerintahkanmu untuk selalu mengunci pintu rumah di malam hari dan memperbanyak istirahat. Beliau sekarang ada di rumah Fathimah binti Asad sampai ada perintah selanjutnya dari Allah SWT".

Empat puluh hari kemudian, Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah menyampaikan salam Allah kepadanya. Malaikat Mikail membawa korma dari surga, satu tangkai anggur dari surga, serta satu gelas air surga untuk buka puasa Rasulullah. Kemudian Jibril berkata kepada Rasulullah, "Ya Rasulallah, Allah memerintahkanmu untuk berbuka puasa dengan buah-buahan ini". Biasanya, ketika hendak berbuka puasa, Rasulullah selalu memanggil orang lain untuk berbuka bersama, tapi pada malam itu beliau memerintahkan Ali a.s untuk menutup pintu agar tidak seorangpun melihatnya. Beliau tidak memperbolehkan siapapun saja masuk ke dalam rumahnya karena Rasulullah diharuskan untuk memakan makanan tersebut sendirian. Rasulullah pada malam itu berkata: "Pada malam hari ketika aku pergi mi'raj ke surga, Malaikat Jibril memberiku apel yang diambil dari salah satu pohon apel di surga dan aku memakannya. Ketika aku sampai ke bumi, aku tidur dengan istriku Khadijah kemudian Khadijah hamil hingga lahirlah Fathimah. Karena itu, setiap aku rindu bau surga, aku selalu mencium Fathimah. Tidak pernah terlihat darinya darah haid atau nifas dan najis yang lain. Karena ini pula ia diberi nama haura insiyyah"

Pada umumnya, manusia diciptakan ke dunia dari dua unsur. Yang pertama adalah unsur materi, yang kedua unsur non materi atau ruhani. Manusia mempunyai perasaan, badan, serta anggota tubuh seperti tangan kaki, mata, dan lain-lain. Adapun badan manusia di dunia ini terbuat dari air mani yang dihasilkan dari bahan-bahan yang ada di dunia dan akhirnya bahan-bahan tersebut berasal dari tanah. Tetapi, kalau kita meneliti hadis-hadis tersebut di atas, nutfah yang membuahkan Sayyidah Fathimah bukanlah dari bahan-bahan yang ada di bumi melainkan dari buah-buahan yang di ambil dari surga.

Eksistensi badan Sayyidah Fathimah adalah dari badan Rasulullah, tempat kemuliaan dan keagungan. Badan Sayyidah Fathimah tercipta dari buah yang diambil dari surga. Karena itu, salah satu nama beliau adalah Haura insiyyah, yang mengisyaratkan bahwa dalam penciptaannya, beliau seperti wanita-wanita yang ada di surga (hurrul 'ain) Karena ini pula Sayyidah Fathimah terbebas dari polusi jasad, tidak sebagaimana yang di alami oleh cucu Adam lainnya. Beliau tidak seperti wanita-wanita yang lain yang mengalami haid nifas.

Kelahiran Fatimah Azzahra sa

Sayyidah Fathimah sa dilahirkan pada hari Jumat pada tanggal 20 Jumadits-Tsani, tujuh tahun delapan bulan sepuluh hari sebelum Rasulullah hijrah, atau tahun 603 Masehi. Ketika Khadiah dinikahi Rasulullah, beliau dijauhi oleh wanita-wanita Quraiys, bahkan mereka sampai memutus silaturrahmi dengannya. Mereka berkata, "Mengapa wanita kaya seperti Khadijah mau mengawini laki-laki biasa dan faqir seperti Muhammad". Ketika Khadijah mau melahirkan putrinya Fathimah, wanita-wanita Quraiys tidak mau menolongnya. Ketika dimintai tolong, mereka menjawab, "Karena kamu tidak mau mendengarkan perkataan kami dan tetap mengawini Muhammad, laki-laki miskin dan tidak mempunyai apa-apa itu, sekarang, kami tidak mau membantumu. Kami tidak akan memperhatikanmu serta kami tidak akan mengabulkan permintaanmu".

Khadijah tentu sangat kecewa mendengar jawaban mereka karena dia harus menjalani masa-masa persalinan sendirian. Namun, diriwayatkan bahwa secara tiba-tiba, ada empat wanita masuk ke dalam kamarnya dan mendekatinya. Khadijah menduga bahwa mereka adalah wanita-wanita dari Bani Hasyim. Salah satu dari mereka berkata, "Wahai Khadijah, kami adalah utusan Tuhanmu. Kami adalah wanita-wanitamu. Aku adalah Sarah dan ini Asiyah binti Muzahim, temanmu di surga. Itu adalah Maryam binti Imran, dan yang satu lagi adalah Kultsum, saudaranya Musa bin Imran. Kami datang untuk menolongmu". (Biharul Anwar: VI, halaman 342, riwayat nomor 79). Salah satu dari mereka duduk di sebelah kanan dan yang satu di sebelah kiri. Satu lagi di ujung kaki dan yang satu lagi di belakang kepala Khadijah. Mereka menolong Khadijah ketika mau melahirkan putrinya Fathimah.
Pada hari itu, Fathimah dilahirkan ke dunia dalam kaadaan suci dan bersih. Dari wajahnya terpancarkan cahaya sampai menerangi ke dalam rumah-rumah penduduk Mekkah dan menerangi seluruh tempat di sekitarnya. Pada waktu itu, masuk ke dalam rumuh Khadijah sepuluh wanita bidadari. Setiap orang membawa bejana yang di dalamnya berisi air yang diambil dari Al-Kautsar di surga. Wanita yang ada di hadapan Khadijah mengambil salah satu air itu dan memandikan Fathimah dengan air itu. Ia mengeluarkan dua handuk putih yang lebih putih dari susu serta menebarkan weuangian yang lebih uangi dari minyak mi'sik. Satu handuk ditempelkan di badan Fathimah, dan yang satu lagi di kepalanya.

Tiba-tiba Fathimah yang masih bayi itu mampu berbicara. Ia berkata, "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan ayahku adalah utusan-Nya. Aku bersaksi bahwa suamiku adalah awliyaullah dan anak-anakku adalah cucunya Nabi." Kemudian, beliau mengucapkan salam kepada empat wanita yang ada di sekelilingnya dengan menyebut nama mereka satu persatu. Setelah semuanya selesai, wanita-wanita itu meninggalkan rumah Khadijah.

Nama-nama Sayyidah Fathimah

Nama-nama suci Fathimah Zahra s.a adalah: Fathimah, Az-Zahra, Ash-Shiddiqah, Ath-Thahirah, Al-Mubarakah, Az-Zakiyyah, Ar-Radhiyyah, Al-Mardhiyyah, Al-Muhaddatsah, Al-Batul, Insiyyah Al-Haura, Sayyidah Nisa' Al-Alamin, Al-Hurrah, As-Sayyidah, Al-Aludzara dan Al-Hishshan.

Arti Fathimah

Dalam riwayat yang dibawakan oleh Sunnah dan Syiah tentang falsafah penamaan Fathimah oleh Rasulullah kepada putri tercintanya, diriwayatkan bahwa Rasulullah mengatakan: "Aku menamakan putriku dengan Fathimah karena Allah SWT menjaganya dan menjaga orang yang mencintainya dari sengatan api nereka."

Arti Az-Zahra

Jabir bertanya kepada Imam Shadiq a.s., "Apa artinya Zahra?" Imam a.s. menjawab, "Karena Allah SWT menciptakan Fathimah dari cahaya. Ketika cahaya Zahra' muncul, seketika itu juga langit dan bumi terang benderang dipenuhi cahayanya. Mata para malaikat terkesima melihatnya. Pada saat itu juga malaikat bersujud kepada Allah dan berkata, 'Wahai Tuhanku cahaya apakah ini?' Allah menjawab, 'Ini adalah cahaya-Ku yang Aku letakkan kepada Fathimah dan dia dari cahaya-Ku. Aku ciptakan dia dari keagungan-Ku. Aku keluarkan dia dari sulbi kekasih tercinta-Ku, Muhamad. Dari cahaya ini Aku ciptakan para imam yang akan berdiri menegakkan agama-Ku. Mereka akan memberi petunjuk kepada seluruh manusia dan mengajak mereka kepada kebenaran agamaKu. Aku akan menjadikan mereka khalifah di dunia setelah kekasih-Ku Muhammad SAWW". (Biharul Anwar jilid XVI hal. 79)

Abu Hasyim Ja'fari bertanya kepada Imam Hasan Askari a.s. mengapa Fathimah diberi nama Az-Zahra. Imam a.s. menjawab, "Karena wajah Fathimah untuk Amirul Mu'minin a.s., di pagi hari seperti matahari, di siang hari seperti bulan, dan di malam hari seperti bintang-bintang yang bersinar terang. (Biharul Anwar, jild 43 hal.15 riwayat nomor 14). Yang dimaksud dari cahaya tersebut di atas tentulah cahaya maknawi, bukan cahaya biasa. Dari perkataan Imam Shadiq bahwa Az-Zahra adalah 'cahaya-Nya', dengan jelas bahwa yang dimaksud cahaya adalah cahaya maknawi karena cahaya Allah bukanlah cahaya materi. Dikatakan pula yang di maksud cahaya tersebut adalah ruh Sayyidah Fathimah, yang suci dan bersih dari segala kotoran maknawi. Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa cahaya zahra bukan hanya maknawi saja melainkan juga materi atau cahaya biasa karena pada saat Az-Zahra dilahirkan ke dunia, rumah-rumah di sekelilingnya diterangi oleh cahaya. Adapula riwayat yang mengartikan zahra adalah cahaya maknawi karena dia adalah pembimbing dan pemberi petunjuk ke jalan yang benar.

Arti al-Batul

Ibn Atsir dalam kita Kitab "Nihayah" mengatakan, "Al-Batul adalah sesuatu yang terpisah dari sesuatu yang lain, dan Sayyidah Fathimah disebut Al-Batul karena kemuliaan dan kesucian nasabnya beliau berbeda dengan wanita-wanita yang ada di bumi ini." Sebagian yang lain mengatakan bahwa penamaan Al-Batul adalah karena Sayyidah Fathimah memisahkan dirinya dengan dunia serta tidak mempunyai rasa cinta sedikitpun kepada dunia. Semua perhatiaannya hanya kepada allah SWT.

Dalam Kitab "Ma'ani Al-Akhbar" diriwayatkan bahwa Imam Ali a.s. bertanya kepada Rasululloh SAWW mengenai arti Al-Batul yang merupakan sebutan buat Maryam dan Fathimah. Rasulullah menjawab, "Al-Batul adalah wanita yang tidak mengeluarkan darah haid, dan anak para nabi tidak mengeluarkan darah haid. (Biharul Anwar jilid 43 hal. 15, riwayat 13)

Arti Ath-Thahirah

Dalam Kitab "Ma'ani Al-Akhbar", Syaikh Shaduq mengatakan, "Imam Shadiq meriwayatkan dari kakeknya, 'Fathimah dinamakan Ath-thahirah karena ia suci dari dosa dan segala sesuatu yang dinajiskan. Tidak terlihat darinya darah haid dan nifas." (Dahairal Ukba, hal.44)

Arti Al-Muhaddatsah

Arti Muhaddatsah adalah wanita yang membuka hakekat dan menunjukkan kepada kebenaran, ketika kebenaran tersebut tertutup oleh tabir. Dalam riwayat disebutkan bahwa malaikat turun kepada Fathimah dan mengabarkan apa-apa yang akan terjadi. Imam shodiq berkata:"Fathimah dinamakan Al-Muhaddatsah karena malaikat selalu turun kepadanya dan berbicara dengannya sebagaimana malaikat turun menemui Sayyidah maryam dan berbicara kepadanya."


Arti Sayyidah Nisa Al-Alamin

Mufaddhal bin Ammar pernah bertanya kepada Imam Shadiq a.s. tentang yang dikatakan Rasul kepada Sayyidah Fathimah menyangkut julukan Sayyidah Nisa Al-Alamin: apakah itu berarti bahwa Sayyidah Fathimah lebih utama dari wanita di zamannya saja. Imam Shadiq menjawab, "Keutamaan ini berhubungan dengan Sayyidah Maryam. Ia adalah wanita paling mulia di zamannya. Tetapi, Sayyidah Fathimah wanita paling mulia di dunia dari zaman dulu sampai sekarang Fathimah adalah wanita paling 'alim dan paling suci dari seluruh wanita yang ada di dunia, dan tidak akan ada seorang pun yang akan sampai kepada kesempurnaannya." (Biharul Anwar jilid 37, hal: 85)

Sumber : MyQuran.org

1 komentar: