Rancangan Luar Biasa pada Mata
Ketika Anda  menebarkan pandangan ke sekeliling Anda, saat Anda berada di udara terbuka atau  di padang luas, Anda dapat menyaksikan semua benda, dari yang terjauh hingga  yang terdekat dari Anda, dengan segala rupa, bentuk dan ukurannya. Pemandangan  ini, yang Anda dapatkan tanpa kesulitan sedikit pun, merupakan hasil reaksi dan  interaksi yang sangat rumit dalam tubuh Anda. Sekarang, mari kita saksikan cara  kerja yang sangat rumit ini lebih dekat. 
Mata manusia memiliki mekanisme otomatis yang bekerja secara  sempurna. Mata terbentuk dari kombinasi 40 bagian dasar yang berbeda, dan  masing-masing bagian memiliki fungsi penting dalam proses melihat. Sedikit saja  cacat atau ketidakmampuan menjalankan fungsi pada satu saja dari bagian-bagian  ini menyebabkan mustahil untuk melihat. 
Lapisan tembus pandang di bagian depan mata disebut kornea. Di  sebelah kanannya terletak iris. Selain memberi warna pada mata, iris  menyesuaikan ukurannya secara otomatis berdasarkan ketajaman cahaya dikarenakan  otot mata menempel padanya. Misalnya, jika kita berada di tempat gelap, iris  melebar untuk mendapatkan/menyerap cahaya sebanyak mungkin. Saat cahaya semakin  terang, ia menguncup untuk mengurangi jumlah cahaya yang datang mengenai mata.  
Sistem penyesuaian otomatis pada iris bekerja sebagai berikut:  sejumlah cahaya mengenai mata, sebuah impuls syaraf mengirimkan ke otak dan  memberi pesan tentang keberadaan dan ketajaman cahaya tersebut. Otak segera  mengirim kembali suatu sinyal dan perintah tentang seberapa banyak otot di  sekitar iris akan berkontraksi. 
Mekanisme mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur ini  adalah lensa. Tugas lensa yaitu untuk memfokuskan cahaya yang mengenai mata ke  lapisan retina di belakang mata. Karena gerakan otot di sekitar lensa, sinar  yang datang ke mata dari berbagai sudut yang berbeda dapat selalu difokuskan ke  retina. 
Semua sistem yang telah kita bahas di atas jauh lebih unggul  dibandingkan peralatan mekanis yang dirancang dengan teknologi terkini yang  meniru mata. Bahkan sistem tiruan tercanggih pun di dunia ini tetap merupakan  sistem sederhana dan kuno dibandingkan dengan mata. 
Bila kita renungkan upaya dan ilmu pengetahuan yang telah diberikan  dalam pembuatan sistem buatan ini, kita dapat memahami dengan penciptaan unggul  macam apa mata itu dibuat. 
Bila kita amati sebuah sel tunggal dalam mata pada tingkat  mikroskopis, keunggulan penciptaan ini lebih jauh diungkapkan. 
Bayangkan kita melihat sebuah mangok kristal penuh buah-buahan.  Cahaya datang dari mangkok ke mata kita melalui kornea dan iris dan  dipusatkan/difokuskan pada retina oleh lensa. 
Lalu, apa yang terjadi dalam retina sehingga sel-sel retina dapat  menagkap cahaya?
Ketika partikel cahaya, juga disebut photon, melewati sel-sel pada  retina, partikel-partikel ini menghasilkan efek merambat seperti deretan domino  yang disusun dengan sangat hati-hati satu per satu. Bagian pertama domino dalam  sel retina ini adalah molekul yang disebut 11-cis-retina. Ketika sebuah photon  cahaya berinteraksi dengannya, molekul ini berubah bentuk. Hal ini mendorong  perubahan bentuk dari protein lainnya, yakni rhodopsin, menjadi ikatan kuat.  Sekarang, rhodopsin berubah bentuk sehingga ia dapat bergabung dengan protein  lainnya, disebut transducin, yang telah ada dalam sel tersebut, tetapi tidak  dapat berinteraksi sebelumnya karena bentuknya tidak sesuai. Setelah  penggabungan ini, molekul lainnya disebut GDP juga ikut bergabung dalam kelompok  ini. 
Now, two proteins-rhodopsin and transducin-and a chemical molecule  called GDP have bound together.
Sekarang, dua protein - rhodopsin dan transducin- dan molekul kimia  bernama GDP telah berikatan. 
However the process has just begun. The compound called GDP now has  the proper form to bind to another protein called phosphodiesterase, which  always exists in the cell. After this bonding, the shape of the molecule that is  produced will trigger a mechanism that will start a series of chemical reactions  in the cell. 
Akan tetapi proses ini baru saja dimulai. Gugusan yang disebut GDP  kini memiliki bentuk yang sesuai untuk berikatan dengan protein lain yang  disebut phosphodiesterase, yang selalu berada di dalam sel. Setelah pengikatan  ini, bentuk molekul yang dihasilkan akan menyebabkan sebuah mekanisme yang  mengawali serangkaian reaksi kimia dalam sel. 
Mekanisme ini mengubah konsentrasi ion dalam sel dan menghasilkan  energi listrik. Energi ini memicu syaraf-syaraf yang terletak pada bagian  belakang sel retina. Akibatnya, bayangan yang datang pada mata sebagai photon  cahaya mempersiapkan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini  mengandung informasi visual mengenai benda di luar. 
Agar penglihatan bisa terjadi, sinyal listrik yang dihasilkan dalam  sel retina harus dirambatkan ke pusat penglihatan di otak. Akan tetapi, sel  syaraf tidak secara langsung berhubungan satu sama lain. Terdapat celah kecil di  antara titik-titik ikatannya. Lalu bagaimana pemicu listrik ini melanjutkan  perjalanannya? 
Pada titik ini, susunan kerja yang kompleks terbentuk. Energi  listrik diubah menjadi energi kimia tanpa kehilangan sedikitpun informasi yang  sedang dibawa dan di sini informasi tersebut dipindahkan dari satu syaraf ke  syaraf berikutnya. Pengangkut kimiawi yang terletak di titik-titik hubung sel  syaraf mengantarkan informasi yang terkandung dalam stimulus yang berasal dari  mata dari satu syaraf ke syaraf lainnya dengan sukses. Ketika dipindahkan ke  syaraf berikutnya, stimulus kembali diubah menjadi sinyal listrik dan  melanjutkan perjalanannya hingga mencapai titik hubung lainnya. 
Dengan membuat jalan ke pusat penglihatan di otak dengan cara ini,  sinyal diperbandingkan dengan informasi di pusat memori dan bayangan diartikan.  
Akhirnya kita melihat sebuah mangkok penuh buah-buahan, yang kita  bicarakan sebelumnya, dengan bantuan sistem sempurna yang terbuat dari ratusan  pernik-pernik kecil. 
Dan semua kerja mengagumkan ini terjadi dalam  sepersekian detik
Selanjutnya, dikarenakan tindakan melihat terjadi terus-menerus,  sistem tersebut mengulang dan mengulang lagi tahap-tahap ini. Dengan kata lain,  molekul-molekul yang memainkan satu bagian dalam rantai reaksi dalam mata  dikembalikan lagi ke tempat asalnya setiap saat dan reaksi mulai dari awal lagi.  
Tentu saja pada saat yang sama sejumlah kerja rumit lainnya terjadi  di bagian lain tubuh kita. Barangkali kita secara serentak mendengar suara dari  bayangan yang kita lihat, dan sambil lalu kita mencium aromanya dan marasakan  sentuhannya. Sementara itu, jutaan kerja dan reaksi lainnya harus terus  berlanjut tanpa gangguan dalam tubuh kita agar kita terus hidup. 
Ilmu pengetahuan primitif pada masa Darwin tidak mengetahui hal ini  sedikit pun. Meski demikian, bahkan Darwin menyadari rancangan luar biasa pada  mata dan mengakui keputusasaannya itu dalam sebuah surat yang ditulisnya kepada  Asa Grey pada 3 April 1860, di dalamnya ia mengatakan: 
Memikirkan tentang mata membuat saya demam
Sifat-sifat biokimia pada mata yang telah ditemukan oleh ilmu  pengetahuan modern memberi pukulan lebih besar bagi paham Darwinisme dari yang  pernah dibayangkan oleh Darwin. 
Keseluruhan proses penglihatan yang telah kita ringkas pada  penjelasan ini sesungguhnya jauh lebih rumit bila dirinci. Namun, mudah-mudahan  ringkasan ini cukup untuk menggambarkan bagaimana hebatnya sistem yang telah  diciptakan dalam tubuh kita. 
Reaksi yang terjadi di dalam mata begitu rumitnya dan jelas  menerangkan bahwa sungguh tidak masuk akal untuk berpikir bahwa ini merupakan  hasil peristiwa 
Michael Behe, seorang profesor biokimia terkemuka, membuat komentar  berikut mengenai aspek kimia pada mata dn teori evolusi, dalam bukunya Darwin's  Black Box: 
Kini kotak hitam "penglihatan" telah terbuka, cukup banyak  ruanmg tersisa bagi penjelasan evolusi dan kekuatannya, ketimabng sekedar  menjelaskan anatomi pada mata, sebagaimana dilakukan Darwin pada abad ke-19.  Setiap tahap dan struktur anatomi yang dianggap begitu sederhana sesungguhnya  memiliki proses biokimia yang sangat rumit, tidak bisa dijelasksan dengan  retorika. (Michael J. Behe, Darwin's Black Box, p. 22)
Akan tetapi, sebagaimana telah kita saksikan, teori evolusi tak  mampu menjelaskan sistem tunggal dalam satu sel hidup, apalagi menjelaskan hidup  keseluruhan. 
Dengan menggugurkan anggapan bahwa hidup itu "sederhana", ilmu  pengetahuan menunjukkan bahwa "manusia" adalah fakta yang sangat penting. 
Hidup bukanlah hasil kejadian tak terencana. Hidup adalah hasil  penciptan yang sempurna. 
Hasil penciptaan sempurna oleh Pencipta Mahatinggi yang menjadikan  hidup, Tuhan Semesta Alam. 
Dialah Allah yang telah menciptakan manusia dan seluruh makhluk  hidup. Dan manusia harus berbhakti kepada Tuhan yang telah menciptakannya. 
Allah mengingatkan manusia akan kebenaran ini dalam Al Qur'an: 
Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian,  pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur! (Surat Al  Mukminun: 78). 
Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami  ketahui selain dari apa yang telaj Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya  Engkaulah Yang Maha Mengetahu lagi Maha Bijaksana. (Surat Al Baqarah: 32). 




0 komentar:
Posting Komentar