Plus 1 Karakter Manusia Maju
- Kalau boleh menyesal atau protes tentu kita akan teramat sangat menyesal dan berteriak keras-keras karena telah dijajah ratusan tahun oleh Belanda. Kalau boleh memilih, tentu kita lebih memilih dijajah oleh Inggris ketimbang negeri Kincir Angin itu. Karena kedatangan Belanda pada masa penjajahan dulu hanya sebatas menguras habis harta kekayaan Indonesia, tidak lebih. Sehingga hasil yang terlihat sampai sekarang adalah bangsa Indonesia yang tidak lebih maju dibanding negara tetangga yang dijajah oleh Inggris. Meski ada yang membenarkan, nampaknya itu ungkapan orang-orang yang begitu pesimis dan pasrah menerima kenyataan bangsa yang carut marut seperti saat ini. Karena yang jelas, hukum alam membuktikan, siapa yang punya kemauan dan tekad kuat untuk maju, dialah yang maju dan akan meninggalkan jauh dibelakang mereka yang malas dan pasif.Ya pasif, satu dari tiga karakter manusia selain Proaktif dan Aktif. Seperti dikatakan Steven R Covey dalam “Tujuh Kebiasaan Manusia Efektif”, Proaktif adalah satu pondasi utama yang mendukung proses perkembangan dan kemajuan manusia. Jadi jika seorang individu dengan diikuti oleh individu lainnya menciptakan satu kelompok manusia proaktif, jelas perubahan besar yang mereka dapatkan. Itu belum ditambah enam kebiasaan lainnya. Aktif saja tidak cukup, karena orang aktif belum tentu memiliki inisiatif ataupun inovasi untuk senantiasa mencoba dan memulai hal-hal baru, yang lebih baik. Orang aktif hanya melaksanakan program-program yang sudah diset dan tida melakukan diluar dari itu. Sementara masalahnya, setuju atau tidak, satu karakter bangsa ini adalah malas, satu item dari sekian banyak item orang-orang pasif. Dan yang lebih menyakitkan, karena Indonesia adalah pemeluk agama Islam terbesar di dunia, maka orangpun melekatkan malas (dan selebihnya, pasif) itu pada muslim. Satu analisa yang masih boleh disanggah.
Maaf jika tidak setuju, bisa dikatakan saat ini (dan mungkin sampai akhir zaman) bangsa eropa akan selalu lebih leading dibandingkan bangsa-bangsa lainnya, apalagi Asia. Kalaupun harus mengesampingkan beberapa faktor yang dikemukakan John Naismith dan Patricia Aburdence dalam Megatrend 2000 dimana hampir seluruh sektor kehidupan orang Asia (termasuk Indonesia) dikuasai oleh eropa, tetapi kita bisa melihatnya dari sikap dan karakter bangsa eropa yang membuat mereka menjadi bangsa yang maju. Bahkan Yusuf Qaradhawi sendiri melihat kalaupun akan ada kebangkitan Islam, maka itu pasti bermula dari eropa, bukan Asia (apalagi Indonesia) seperti yang pernah ‘dicita-citakan’ muslim Indonesia. Berkenaan dengan itu Yusuf Qaradhawi menyitir sebuah hadits yang kurang lebih berbunyi: empat karakter yang membuat bangsa romawi (eropa) selalu lebih maju sampai di akhir zaman, pertama, mereka lebih cerdas meski dalam kondisi terkena fitnah. Kedua, cepat bangkit setelah jatuh, ketiga, cepat maju setelah mengalami kemunduran, dan keempat, terbaik dalam mu’amalah. Sementara satu tambahan karakter lagi yakni, tidak menerima dizhalimi (oleh penguasa). (HR. Bukhari)
Karakter pertama menjelaskan betapa orang-orang eropa memiliki tingkat pengendalian diri, emosi yang baik. Sehingga dihadits dikatakan meski dalam keadaan fitnah sekalipun mereka tetap rasional. Berbeda dengan kita yang terkadang kerap mengkedepankan emosi dan bertindak reaktif mensikapi sesuatu tanpa berpikir matang terlebih dahulu. Karakter kedua menjelaskan kemampuan recovery yang dimiliki kebanyakan bangsa di eropa. Bandingkan dengan bangsa kita yang bahkan sampai sekarang masih menyalahkan penjajahan Belanda sebagai penyebab kesengsaraan. Kita terlalu lama meratapi dan mengharap belas kasih agar bangsa lain menolong kita. Ini seperti anak kecil yang terjatuh ketika bermain lari-larian bersama temannya, ia tidak akan bangun sebelum seorang temannya mengasihani dan menghulurkan tangannya. Sikap yang diambil temannya tak perlu dipermasalahkan, karena itu yang disebut empati. Tapi justru sikap menunggu huluran tangan orang lain itulah yang sampai dewasa pun ternyata menjadi kebiasaan.
Karakter selanjutnya, jelas terkait dengan dua karakter sebelumnya, berangkat dari pengendalian diri yang baik serta kemampuan recovery yang tinggi, meski sempat mengalami kemunduran biasanya mereka cepat sadar dan berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa sehingga cepat pula merengkuh keberhasilan. Dan karakter keempat menjadi satu sindiran yang begitu kentara betapa seharusnya ummat Islam jauh lebih baik dalam urusan relationship dan berbuat baik dengan sesama. Baik kepada orang-orang miskin, yang sakit maupun mereka yang lemah. Dan satu lagi karakter tambahan yang awalnya Rasulullah menyebut empat namun dikeseluruhan hadits beliau menambahkan satu yakni, harga diri yang tinggi untuk tidak diam ketika dizhalimi, termasuk oleh penguasa. Bagaimana dengan kita? Kita malah meminta ‘maaf’ kepada orang yang tidak sengaja menginjak kaki kita, atau diam saja ketika bangsa lain mengeruk harta kekayaan bangsa ini, juga berterima kasih kepada IMF yang jelas-jelas mengobok-obok Indonesia.
Meski harus diakui, penjelasan tentang karakter-karakter diatas tidak harus digeneralisir sedemikian rupa karena nyatanya, masih banyak juga orang muslim yang hebat, yang maju, tidak emosional, baik dalam muamalah, bangkit dan bergerak ketika ditindas. Sementara di beberapa negeri eropa, secara individu sangat banyak dijumpai berupa penindasan, pelanggaran hak, tindakan asusila, amoral dan lain sebagainya. Di negeri ini, setidaknya reformasi menjadi bukti walaupun selama puluhan tahun juga tidak mampu berbuat apa-apa. Sampai-sampai pernah ada satu satire yang boleh direnungkan oleh bangsa ini yang kurang lebih berbunyi, bangsa eropa banyak bicara banyak bekerja, bangsa Afrika sedikit bicara sedikit bekerja, bangsa Asia banyak bicara sedikit bekerja, sementara disebutkan bangsa Jepang (yang masih bangsa Asia) sedikit bicara banyak bekerja. Yang paling menyakitkan diakhir tulisan itu dikatakan, bangsa Indonesia lain bicara lain yang dikerjakan. Entahlah.
Selain hadits diatas, Rasulullah yang sangat peduli terhadap ummatnya juga menghadiahi sebuah do’a yang patut kita baca setiap hari guna menghindari kekalahan sedemikian rupa dengan bangsa barat. Satu do’a yang menggambarkan problematika ummat secara sistematis dari sekedar rundungan sedih hingga dominasi orang terhadap diri ini. “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rundungan sedih dan duka. Aku berlindung dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat bakhil dan kikir. Aku berlindung kepada-Mu dari beban hutang dan penindasan orang”
Nampaknya do’a diatas sepantasnya dilafazkan oleh seluruh ummat Islam di negeri ini, karena do’a itu sangat tepat mewakili apa yang selama ini menjadi permasalahan kita. Sangat berhubungan erat dengan empat plus satu karakter yang diterangkan dalam hadits diatas. Dari mulai rundungan sedih dan duka yang kemudian meningkat menjadi penyakit lemah dan malas. Orang-orang malas biasanya bakhil dan kikir sehingga dari semua masalah itu jadilah kita bangsa yang terbebani hutang dan tidak bisa melepaskan diri dari penindasan bangsa lain.
Sekarang coba bayangkan, dengan empat plus satu karakter manusia maju seperti digambarkan diatas, ditambah sentuhan nilai-nilai Islam. Subhanallaah. Wallahu a’lam bishshowaab (Abinya Hufha)
Izinkan Aku Menciummu, Ibu
eramuslim - Sewaktu masih kecil, aku sering merasa dijadikan pembantu olehnya. Ia selalu menyuruhku mengerjakan tugas-tugas seperti menyapu lantai dan mengepelnya setiap pagi dan sore. Setiap hari, aku ‘dipaksa’ membantunya memasak di pagi buta sebelum ayah dan adik-adikku bangun. Bahkan sepulang sekolah, ia tak mengizinkanku bermain sebelum semua pekerjaan rumah dibereskan. Sehabis makan, aku pun harus mencucinya sendiri juga piring bekas masak dan makan yang lain. Tidak jarang aku merasa kesal dengan semua beban yang diberikannya hingga setiap kali mengerjakannya aku selalu bersungut-sungut.Kini, setelah dewasa aku mengerti kenapa dulu ia melakukan itu semua. Karena aku juga akan menjadi seorang istri dari suamiku, ibu dari anak-anakku yang tidak akan pernah lepas dari semua pekerjaan masa kecilku dulu. Terima kasih ibu, karena engkau aku menjadi istri yang baik dari suamiku dan ibu yang dibanggakan oleh anak-anakku.
Saat pertama kali aku masuk sekolah di Taman Kanak-Kanak, ia yang mengantarku hingga masuk ke dalam kelas. Dengan sabar pula ia menunggu. Sesekali kulihat dari jendela kelas, ia masih duduk di seberang sana. Aku tak peduli dengan setumpuk pekerjaannya di rumah, dengan rasa kantuk yang menderanya, atau terik, atau hujan. Juga rasa jenuh dan bosannya menunggu. Yang penting aku senang ia menungguiku sampai bel berbunyi.
Kini, setelah aku besar, aku malah sering meninggalkannya, bermain bersama teman-teman, bepergian. Tak pernah aku menungguinya ketika ia sakit, ketika ia membutuhkan pertolonganku disaat tubuhnya melemah. Saat aku menjadi orang dewasa, aku meninggalkannya karena tuntutan rumah tangga.
Di usiaku yang menanjak remaja, aku sering merasa malu berjalan bersamanya. Pakaian dan dandanannya yang kuanggap kuno jelas tak serasi dengan penampilanku yang trendi. Bahkan seringkali aku sengaja mendahuluinya berjalan satu-dua meter didepannya agar orang tak menyangka aku sedang bersamanya.
Padahal menurut cerita orang, sejak aku kecil ibu memang tak pernah memikirkan penampilannya, ia tak pernah membeli pakaian baru, apalagi perhiasan. Ia sisihkan semua untuk membelikanku pakaian yang bagus-bagus agar aku terlihat cantik, ia pakaikan juga perhiasan di tubuhku dari sisa uang belanja bulanannya. Padahal juga aku tahu, ia yang dengan penuh kesabaran, kelembutan dan kasih sayang mengajariku berjalan. Ia mengangkat tubuhku ketika aku terjatuh, membasuh luka di kaki dan mendekapku erat-erat saat aku menangis.
Selepas SMA, ketika aku mulai memasuki dunia baruku di perguruan tinggi. Aku semakin merasa jauh berbeda dengannya. Aku yang pintar, cerdas dan berwawasan seringkali menganggap ibu sebagai orang bodoh, tak berwawasan hingga tak mengerti apa-apa. Hingga kemudian komunikasi yang berlangsung antara aku dengannya hanya sebatas permintaan uang kuliah dan segala tuntutan keperluan kampus lainnya.
Usai wisuda sarjana, baru aku mengerti, ibu yang kuanggap bodoh, tak berwawasan dan tak mengerti apa-apa itu telah melahirkan anak cerdas yang mampu meraih gelar sarjananya. Meski Ibu bukan orang berpendidikan, tapi do’a di setiap sujudnya, pengorbanan dan cintanya jauh melebihi apa yang sudah kuraih. Tanpamu Ibu, aku tak akan pernah menjadi aku yang sekarang.
Pada hari pernikahanku, ia menggandengku menuju pelaminan. Ia tunjukkan bagaimana meneguhkan hati, memantapkan langkah menuju dunia baru itu. Sesaat kupandang senyumnya begitu menyejukkan, jauh lebih indah dari keindahan senyum suamiku. Usai akad nikah, ia langsung menciumku saat aku bersimpuh di kakinya. Saat itulah aku menyadari, ia juga yang pertama kali memberikan kecupan hangatnya ketika aku terlahir ke dunia ini.
Kini setelah aku sibuk dengan urusan rumah tanggaku, aku tak pernah lagi menjenguknya atau menanyai kabarnya. Aku sangat ingin menjadi istri yang shaleh dan taat kepada suamiku hingga tak jarang aku membunuh kerinduanku pada Ibu. Sungguh, kini setelah aku mempunyai anak, aku baru tahu bahwa segala kiriman uangku setiap bulannya tak lebih berarti dibanding kehadiranku untukmu. Aku akan datang dan menciummu Ibu, meski tak sehangat cinta dan kasihmu kepadaku. (Bayu Gautama, Untuk Semua Ibu Di Seluruh Dunia)
iqih Shaum Bagi Muslimah
eramuslim - Dalam surat Al-Baqoroh ayat 183, Allah SWT memerintahkan umat Islam melaksanakan shiyam (puasa) untuk mencapai derajat taqwa. Perintah ini adalah umum, baik untuk pria maupun wanita. Tetapi dalam perincian pelaksanaan shiyam, ada beberapa hukum khusus bagi wanita. Hal ini terjadi karena perbedaan fithrah yang ada pada wanita yang tidak dimiliki oleh pria. Dalam kajian ini- insya Allah- akan dibahas hukum-hukum yang berkaitan dengan wanita secara khusus.Panduan Umum
1. Wanita sebagaimana pria disyari'atkan memanfaatkan
bulan suci ini untuk hal-hal yang bermanfaat, dan
memperbanyak menggunakan waktu untuk beribadah.
Seperti memperbanyak bacaan Al-Qur'an, dzikir, do'a,
shodaqoh dan lain sebagainya, karena pada bulan ini amal
sholeh dilipatgandakan pahalanya.
2. Mengajarkan kepada anak-anaknya akan nilai bulan
Ramadhan bagi umat Islam, dan membiasakan mereka
berpuasa secara bertahap (tadarruj), serta menerangkan
hukum-hukum puasa yang bisa mereka cerna sesuai
dengan tingkat kefahaman yang mereka miliki.
3. Tidak mengabiskan waktu hanya di dapur, dengan membuat
berbagai variasi makanan untuk berbuka. Memang wanita
perlu menyiapkan makanan, tetapi jangan sampai hal itu
menguras seluruh waktunya, karena ia juga dituntut untuk
mengisi waktunya dengan beribadah dan bertaqorrub
(mendekatkan diri) kepada Allah.
4. Melaksanakan shalat pada waktunya (awal waktu)
Hukum berpuasa bagi muslimah berdasarkan umumnya firman Allah SWT (QS. Al-Baqoroh: 183) serta hadits Rasulullah SAW (HR.Bukhori & Muslim), maka para ulama' ber-ijma' bahwa hukum puasa bagi muslimah adalah wajib, apabila memenuhi syarat-syarat; antara lain: Islam, akil baligh, muqim, dan tidak ada hal-hal yang menghalangi untuk berpuasa.
Wanita Shalat Tarawih, I'tikaf dan Lailat al Qodr
Wanita diperbolehkan untuk melaksanakan shalat tarawih di masjid jika aman dari fitnah. Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah kalian melarang wanita untuk mengunjungi masjid-masjid Allah " (HR. Bukhori). Prilaku ini juga dilakukan oleh para salafush shaleh. Namun demikian, wanita diharuskan untuk berhijab (memakai busana muslimah), tidak mengeraskan suaranya, tidak menampakkan perhiasan-perhiasannya, tidak memakai angi-wangian, dan keluar dengan izin (ridho) suami atau orang tua.
Shaf wanita berada dibelakang shof pria, dan sebaik-baik shaf wanita adalah shaf yang di belakang (HR. Muslim). Tetapi jika ia ke masjid hanya untuk shalat, tidak untuk yang lainnya, seperti mendengarkan pengajian, mendengarkan bacaan Al-Qur'an (yang dialunkan dengan baik), maka shalat di rumahnya adalah lebih afdlol.
Wanita juga diperbolehkan melakukan i'tikaf baik di masjid rumahnya maupun di masjid yang lain bila tidak menimbulkan fitnah, dan dengan mendapatkan izin suami, dan sebaiknya masjid yang dipakai i'tikaf menempel atau sangat berdekatan dengan rumahnya serta terdapat fasilitas khusus bagi wanita.
Disamping itu wanita juga di perbolehkan menggapai 'lailat al qodr', sebagaimana hal tersebut dicontohkan Rasulullah SAW dengan sebagian isteri beliau. (Lebih lanjut lihat panduan tentang i'tikaf dan lailat al qodr).
Wanita Haidh dan Nifas
Shiyam dalam kondisi ini hukumnya haram. Apabila haid atau nifas keluar meski sesaat sebelum maghrib, ia wajib membatalkan puasanya dan mengqodo'nya (mengganti) pada
waktu yang lain.
Apabila ia suci pada siang hari, maka untuk hari itu ia tidak boleh berpuasa, sebab pada pagi harinya ia tidak dalam keadaan suci. Apabila ia suci pada malam hari Ramadhan meskipun sesaat sebelum fajar, maka puasa pada hari itu
wajib atasnya, walaupun ia mandi setelah terbit fajar.
Wanita Hamil dan Menyusui
a. Jika wanita hamil itu takut akan keselamatan
kandungannya, ia boleh berbuka.
b. Apabila kekhawatiran ini terbukti dengan pemeriksaan
secara medis dari dua dokter yang terpercaya, berbuka
untuk ibu ini hukumnya wajib, demi keselamatan janin yang
ada dikandungannya.
c. Apabila ibu hamil atau menyusui khawatir akan kesehatan
dirinya, bukan kesehatan anak atau janin, mayoritas ulama'
membolehkan ia berbuka, dan ia hanya wajib mengqodo'
(mengganti) puasanya. Dalam keadaan ini ia laksana orang
sakit.
d. Apabila ibu hamil atau menyusui khawatir akan keselamatan
janin atau anaknya (setelah para ulama' sepakat bahwa
sang ibu boleh berbuka), mereka berbeda pendapat dalam
hal: Apakah ia hanya wajib mengqodo'? atau hanya wajib
membayar fidyah (memberi makan orang miskin setiap hari
sejumlah hari yang ia tinggalkan)? atau kedua-duanya
qodho' dan fidyah (memberi makan):
- Ibnu Umar dan Ibnu Abbas membolehkan hanya dengan
memberi makan orang miskin setiap hari sejumlah hari yang
ditinggalkan.
- Mayoritas ulama' mewajibkan hanya mengqodho'.
- Sebagian yang lain mewajibkan kedua-duanya; qodho' dan
fidyah.
- DR. Yusuf Qorodhowi dalam Fatawa Mu'ashiroh mengatakan
bahwa ia cenderung kepada pendapat yang mengatakan
cukup untuk membanyar fidyah (memberi makan orang
setiap hari), bagi wanita yang tidak henti-hentinya hamil
dan menyusui. Tahun ini hamil, tahun berikutnya menyusui,
kemudian hamil dan menyusui, dan seterusnya, sehingga ia
tidak mendapatkan kesempatan untuk mengqodho' puasanya.
Lanjut DR. Yusuf al-Qorodhowi; apabila kita membebani dengan mengqodho' puasa yang tertinggal, berarti ia harus berbuasa beberapa tahun berturut-turut sertelah itu, dan itu sangat memberatkan, sedangkan Allah tidak menghendaki kesulitan bagi hambaNya.
Wanita yang Berusia lanjut
Apabila puasa membuatnya sakit, maka dalam kondisi ini ia boleh tidak berpuasa. Secara umum, orang yang sudah berusia lanjut tidak bisa diharapkan untuk melaksanakan (mengqodho') puasa pada tahun-tahun berikutnya, karena itu ia hanya wajib membayar fidyah (memberi makan orang miskin).
Wanita dan Tablet Pengentas Haidh
Syekh Ibnu Utsaimin menfatwakan bahwa penggunaan obat tersebut tidak dianjurkan. Bahkan bisa berakibat tidak baik bagi kesehatan wanita. Karena haid adalah hal yang telah ditakdirkan bagi wanita, dan kaum wanita di masa Rasulullah SAW tidak pernah membebani diri mereka untuk melakukan hal tersebut.
Namun apabila ada yang melakukan, bagaimana hukumnya ?. Jawabnya: Apabila darah benar-benar terhenti, puasanya sah dan tidak diperintahkan untuk mengulang. Tetapi apabila ia ragu, apakah darah benar-benar berhenti atau tidak,maka hukumnya seperti wanita haid, ia tidak boleh melakukan puasa. ( Masa'il ash Shiyam h. 63 & Jami'u Ahkam an Nisa' 2/393)
Mencicipi Masakan
Wanita yang bekerja di dapur mungkin khawatir akan masakan yang diolahnya pada bulan puasa, karena ia tidak dapat merasakan apakah masakan tersebut keasinan atau tidak atau yang lain-lainnya. Maka bolehkah ia mencicipi masakannya?
Para ulama' memfatwakan tidak mengapa wanita mencicipi rasa masakannya, asal sekedarnya dan tidak sampai di tenggorokan, dalam hal ini diqiyaskan dengan berkumur. (Jami'u Ahkam an Nisa').
Demikian panduan ringkas ini, semoga para wanita muslimah dapat memaksimalkan diri beribadah selama bulan Ramadhan tahun ini, untuk meraih nilai taqwa. (The Indonesian Muslim Student Association of North America, 4311 Minnesota Avenue, St. Louis, MO 63111, U.S.A.)
Fenomena Poligami
FENOMENA POLIGAMI"Gue sebel, abis belajar ngaji sama ustadz itu ngomongin-nya masalah poligami terus" sungut Atik dengan muka sedikit gusar.
"Loh, apa yang salah? poligami kan dihalalkan dalam Islam?" jawab Rina sambil senyum. "Lagian kan enggak sembarangan loh laki-laki itu bisa beristri lebih dari satu, syaratnya berat..." lanjut Rina lagi.
Dan Atik hanya mengangkat pundaknya dan beranjak dari hadapan Rina tanpa mengucap apapun.
******
Poligami adalah suatu fenomena yang banyak dipertanyakan oleh banyak wanita masa kini, terutama yang tidak setuju jika orang yang dikasihinya membagi cinta dan kasih sayang kepada wanita lain. Eh, memang siapa sih yang rela melihat suaminya menikah lagi?
Ada baiknya kita tinggalkan dulu sejenak masalah suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, dan melihat secara obyektif dan bijak untuk menelusuri kembali cerita yang melatarbelakangi dikeluarkannya ketentuan poligami di dalam agama Islam
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (QS . An-nisaa' : 2-3)
Ayat ini diturunkan kepada Rasullullah Saw pada waktu usai perang Uhud, dimana Nabi dan pasukannya mengalami kekalahan. Hal ini disebabkan karena kelengahan sebagian ummat yang mengabaikan perintah Rasullullah dan melanggar komando yang diberikan yang mengakibatkan ummat Islam diserang dari belakang oleh pasukan Quraisy. Di perang Uhud ini pula lebih dari 60 ummat muslim terbunuh dan banyak meninggalkan janda-janda serta anak-anak yatim yang ditinggal mati syahid oleh ayah mereka dalam perang tersebut.
Para kritikus Nabi Muhammad Saw di Barat cenderung memandang pembolehan poligami ini sebagai murni sovinisme laki-laki namun kenyataaanya kritikan yang diberikan tersebut lebih banyak fantasi Barat daripada realitas sebenarnya. Namun, terlihat dalam konteks, poligami tidak dirancang untuk memperbaiki kehidupan seks kaum lelaki -itu merupakan sebuah legislasi sosial. Masalah anak yatim telah membebani Rasullullah Saw sejak awal karirnya dan itu diperburuk dengan kematian di Uhud. Orang-orang yang meninggal dunia itu tak hanya meninggalkan istri-istri, tetapi juga anak-anak perempuan, saudara-saudara perempuan dan kerabat-kerabat lain yang memerlukan pelindung baru. Para pelindung baru mereka mungkin tak cermat tentang pengurusan harta benda anak-anak yatim itu.
Saat itu mungkin terjadi kekurangan laki-laki di Arabia dan elebihan perempuan yang belum menikah, yang seringkali dieksploitasi dengan buruk. Al Qur'an amat berperhatian terhadap persoalan ini dan mengambil jalan poligami sebagai cara penyelesaiannya. Cara ini akan memungkinkan semua perempuan yatim ini menikah dan menekankan bahwa seorang laki-laki hanya dapat beristri lebih dari satu jika dia berjanji untuk mengurus harta mereka dengan adil. Juga ditetapkan bahwa tak diperbolehkan perempuan-perempuan yatim itu dinikahi oleh walinya diluar kehendaknya sendiri, layaknya dia hanya semacam harta yang dapat dipindahkan.
Sekali lagi, kita harus melihat peraturan poligami ini dalam onteks. Di Arabia abad ke-7, ketka laki-laki dapat memiliki istri sebanyak yang dia sukai, pengaturan mengenai empat istri ini merupakan pembatasan, bukan lisensi sebuah opresi baru. Lebih lanjut, Al Qur'an langsung menindaklanjuti ayat yang memberi hak ummat muslim beristri empat dengan kualifikasi yang harus dipertimbangkan dengan serius. Bila laki-laki tak yakin dapat bertindak adil kepada empat istrinya, dia harus tetap monogamis (atau beristri satu).
Hukum muslim / Islam membangun seperti ini : seorang laki-laki harus meluangkan waktu yang sama untuk masing-masing istrinya; selain memperlakukan istri-istrinya secara finansial dan legal sama. Laki-laki tak boleh memiliki sedikitpun rasa pemilihan kepada salah satu, tetapi harus menyayangi mereka sama besarnya. Disepakati dalam dunia Islam bahwa sangat sulit bagi ummat muslim untuk bersikap adil sebagaimana yang disyaratkan oleh Al Qur'an di dalam surat An-Nisaa' ini.
So, hilangkan dulu pikiran negatif ketika mendengar istilah poligami, karena hal tersebut sudah diatur secara jelas dan tegas didalam Al Qur'an sebagaimana firman Allah Swt tersebut di atas dan Allah Swt sebenar-benarnya Maha Mengetahui. Wallahu'alam Bishshowab
..... I miss bunda! (dari: ayah)
Sebaris short message (SMS) masuk ke handphone ku siang itu. Anganku pun langsung terbang ke langit, mempesona. Begitulah Cinta! Wallahu'alam Bishshowab. (untuk ayah IH sal-say, dari: bunda)
Tetanggaku Sayang Tetanggaku Malang
eramuslim - "Heran tuh sama Bu Anis, kalo' sama temen-temen pengajiannya akrab. Tapi kalo' sama kita-kita? boro-boro mau ngumpul?" Penggalan obrolan kaum ibu yang lumrah terjadi dimana pun dan sasarannya bisa siapa saja. Atau bahkan kita pernah menjadi sasaran tembak obrolan seperti di atas? Mudah-mudahan tidak. Yang jelas fenomena kesenjangan hubungan bertetangga kerap terjadi pada siapa saja, bahkan pada seorang aktivis Islam sekalipun. Masalah itu muncul ketika kita mulai melalaikan hak-hak tetangga kita. Padahal disharmoni hubungan itu, jika dibiarkan berlangsung lama, bisa berakibat fatal buat kita, anak-anak, dan juga masyarakat kita.Hampir tak seorang pun yang tidak ingin hidup rukun dan harmonis dengan tetangganya. Hanya orang-orang yang memiliki penyakit hati saja mungkin yang menolak suasana hubungan harmonis itu. Keharmonisan hubungan bertetangga itu penting. Sebab kekuatan sendi-sendi sosial suatu masyarakat, sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antar warganya. Sebaliknya bila dalam suatu komunitas terjadi disharmoni hubungan antar anggotanya, akan melemahkan sendi-sendi sosial komunitas tersebut.
Islam sangat memperhatikan masalah adab-adab bertetangga tersebut. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah mengingatkan Fatimah dengan keras agar segera memberikan tetangga mereka apa yang menjadi hak-hak mereka. Kisahnya berawal ketika Rasulullah saw pulang dari bepergian. Beberapa meter menjelang rumahnya, Rasulullah saw mencium aroma gulai kambing yang terbit dari rumah beliau. Rasul segera bergegas menuju ke rumahnya dan menemui Fatimah yang ternyata memang sedang memasak gulai kambing. Spontan Rasulullah saw memerintahkan putri tercinta beliau untuk memperbanyak kuah gulai yang sedang dimasaknya.
"Wahai Fatimah, perbanyak kuahnya, dan bagi-bagikanlah kepada tetangga-tetangga kita. Sebab aku telah mencium gulai masakanmu sebelum langkahku sampai ke rumah," ujar beliau pada putrinya.
Dari kisah di atas bisa kita ambil kesimpulan, bahwa penghormatan kepada tetangga dan sekaligus menjadi hak mereka adalah, membagi-bagikan makanan jika tetangga kita telah mengetahui, mendengar, atau mencium aroma makanan yang kita miliki. Ini merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial yang diperintahkan Islam kepada kita. Islam memerintahkan kepada kita untuk senantiasa mempertajam sense of social kita. Dari sini bisa kita pahami, betapa Islam mengajarkan kita untuk senantiasa membiasakan diri merasakan kesenangan dan kesulitan bersama dengan masyarakat kita. Artinya Islam sangat melarang kita hidup egois, serakah, dan individualistik.
Dalam pesan yang lain, Rasulullah saw mengatakan; "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia menghormati tetangganya."
Penghormatan kepada tetangga sesungguhnya merupakan bagian dari aktualisasi keimanan kita kepada Allah 'Azza wa Jalla dan hari akhir. Dengan begitu seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah dan hari akhir, jika dia menyia-nyiakan tetangganya. Jika dia tidak menyantuni kebutuhan tetangganya. Termasuk menyia-nyiakan tetangga tentunya adalah, bila dia tidak pernah mengunjungi tetangga dan menanyakan keadaan mereka. Dengan demikian bergaul dengan tetangga, mengetahui tentang keadaan ekonomi mereka, serta mendakwahi mereka termasuk hak-hak tetangga yang harus kita tunaikan.
Karena itu ada beberapa hal yang patut diperhatikan untuk menjaga keharmonisan hubungan bertetangga kita, antara lain;
1. Menjaga nama baik, harta, dan kehormatan tetangga kita. Termasuk dalam hal ini adalah ikut menjaga anak-anak mereka dari pergaulan sesat dan kejahatan orang lain. Dengan demikian sikap peduli atas keselamatan seluruh anggota keluarga tetangga kita menjadi tanggungjawab kita secara tidak langsung.
2. Mensilaturahmi mereka serta menyantuninya jika mereka mengalami kesulitan materi maupun non-materi. Jika sampai terjadi tetangga sakit atau kelaparan, sampai kita tidak mengetahuinya, adalah suatu dosa.
3. Mengajak mereka kepada kebaikan seraya melarang mereka melakukan perbuatan munkar. Jika ada tetangga menyelenggarakan pesta kemaksiatan, sementara kita hanya diam, maka kita termasuk orang yang lemah iman. "Barangsiapa yang melihat kemungkaran di depan matanya, hendaklah dia ubah dengan tangannya. Jika tidak sanggup, maka dengan lisannya. Jika tidak sanggup, maka dengan hatinya. Yang demikian itu selemah-lemah iman," (HR Bukhori)
4. Melakukan kerjasama untuk menjaga lingkungan, kesehatan, keamanan, dan keharmonisan hubungan antar sesama anggota masyarakat kita. Caranya bisa dilakukan dengan membuat forum-forum pertemuan rutin sebagai media penyusunan program beragam aktivitas yang positif untuk menjawab kebutuhan aspek-aspek yang disebutkan di atas.
5. Membuat agenda-agenda kegiatan ekonomi untuk membantu mereka yang masih kekurangan hidupnya. Tujuannya adalah untuk memberdayakan ekonomi tetangga-tetangga kita yang masih miskin. Jika kemiskinan mereka menyebabkan mereka menjadi mangsa misionaris, maka kita telah ikut berdosa, jika kita tidak pernah menolongnya.
Demikian beberapa kiat praktis untuk menjaga keharmonisan hubungan bertetangga. Sesuatu yang sebetulnya relatif mudah dilakukan oleh siapa saja. Padahal keharmonisan hubungan bertetangga itu sangat besar manfaatnya, dan dibutuhkan oleh siapapun. Ia bukan hanya bisa menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan aman, tapi juga menciptakan benteng yang kokoh bagi anak-anak kita dari segala bentuk kejahatan yang datang dari luar maupun dari dalam.
Namun karena hak-hak bertetangga banyak dilupakan orang, tak sedikit masyarakat yang mengalami keresahan, karena anggota masyarakat mereka sendiri justru yang menjadi trouble maker. Sering terjadi kejahatan justru dilakukan oleh anggota masyarakat mereka sendiri. Sehingga tak jarang kita mendengar kasus-kasus pencurian, perampokan, pembunuhan, serta perkosaan dalam suatu masyarakat, pelakunya tak lain adalah para tetangga mereka sendiri.
Tetangga bisa menebarkan rahmat dan kasih-sayang. Tetapi sebaliknya, tetangga bisa juga menebarkan kemalangan alias malapetaka bagi lingkungannya. Na'udzubillah min dzalik. (sulthoni)
Menyiapkan Generasi Pemimpin
eramuslim - Alhamdulillah saya sekeluarga bisa menghadiri konferensi “Reviving the Islamic Spirit” di Toronto, Canada, pada tanggal 4-5 Januari yang lalu sehingga bisa menimba ilmu dari berbagai pembicara. Insya Allah ilmu yang kami dapatkan sangat berguna bagi kami, keluarga muda yang masih harus banyak belajar untuk mendidik diri kami sendiri dan anak-anak kami. Salah satu pembicara dalam konferensi tersebut adalah Dr. Tareq Suwaidan dari Kuwait, yang membahas beberapa topik, diantaranya tentang pemimpin Islam. Beliau menekankan pentingnya mempersiapkan pemimpin-pemimpin Islam untuk generasi baru, karena harapan kita ada di pundak mereka. Berikut ini adalah catatan dari ceramah beliau.Saat ini kaum Muslim menghadapi berbagai tantangan, seperti krisis identitas, efektivitas dan kepemimpinan. Tidak mudah untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, bahkan dibutuhkan waktu, usaha yang maksimal, dan kesabaran. Tujuan kita mendidik anak bukan hanya agar anak kelak mendapatkan pekerjaan yang baik, tetapi lebih dari itu kita harus mengajarkan efektivitas dan kepemimpinan, sehingga kualitas generasi mendatang akan lebih baik daripada kita. Semuanya ini bisa dimulai dengan membentuk kepribadian yang baik.
Waktu yang sangat tepat untuk membentuk kepribadian yang baik ini adalah sebelum anak berusia tujuh tahun, karena semakin tua usia anak akan semakin sulit bagi kita untuk membentuk kepribadiannya. Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah membekali anak dengan pendidikan agama dan menanamkan kebanggaan sebagai Muslim, sehingga anak tidak akan kehilangan identitasnya walaupun berada di dalam lingkungan yang kurang mendukung.
Langkah berikutnya adalah membuat anak supaya efektif, tidak menyia-nyiakan waktu dan umur mereka. Supaya efektif lima hal berikut harus ada: Anak harus memiliki pandangan yang Islami tentang hidup ini dan tentang diri sendiri, Hobby yang baik, Ketrampilan, Teman yang saleh, dan Idola yang baik. Kita harus benar-benar mengetahui siapa teman-teman anak kita karena teman berpengaruh terhadap anak. Anak juga harus diberi pengertian bahwa sebaik-baik idola adalah Nabi Muhammad SAW. Anak-anak yang sudah memiliki kepribadian yang baik dan sudah efektif ini selanjutnya bisa diajari dan dilatih kepemimpinan.
Kepemimpinan berarti kemampuan untuk menggerakkan orang lain ke arah suatu tujuan. Seorang pemimpin yang baik harus mempunyai pandangan ke depan; keseimbangan antara semangat, emosi dan tubuh; bisa mengendalikan diri terutama terhadap emosi; dan bisa mempengaruhi orang lain. Anak-anak kita harus punya pengetahuan yang cukup tentang agama dan pengetahuan umum. Selain itu anak juga dilatih agar memiliki kemandirian dalam berpikir, sehingga kelak tidak akan menjadi “boneka” yang digerakkan orang lain. Anak-anak harus belajar mengenali diri mereka sendiri, mengetahui kemampuan dan kelemahan mereka, sehingga mereka bisa meningkatkan kemampuan dan membenahi kelemahan yang ada.
Pemimpin Islam berbeda dengan seorang pemimpin biasa. Pemimpin Islam mempunyai kelebihan dari pemimpin biasa karena senantiasa berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta menjadikan agama Islam sebagai satu-satunya pandangan hidup, sehingga mereka senantiasa bertindak berdasarkan syariah.
Memang benar bahwa tidak setiap orang dilahirkan sebagai pemimpin, tetapi bila kita menyadari betapa besar masalah yang kita hadapi saat ini, maka sebaiknya kita berusaha sebaik-baiknya untuk mencapai yang ideal. Kita harus mencari bakat kepemimpinan sejak anak-anak masih kecil, diantaranya pandai, punya inisiatif, berani, bersemangat, dan serius. Kita membutuhkan pemimpin-pemimpin Islam di dalam keluarga, masyarakat, tempat kerja, negara, dan segi-segi kehidupan lainnya.
Kepemimpinan bisa dipelajari dan diajarkan. Dr. Suwaidan memberikan anjuran untuk menerapkan beberapa kurikulum, antara lain agama, logika, manajemen waktu, ilmu sosial, biografi pemimpin-pemimpin, kepribadian, seni memimpin, dan latihan menyelesaikan suatu masalah. Kurikulum ini sudah diterapkan di beberapa sekolah yang didirikan Dr. Suwaidan di Kuwait.
Akhirnya kita berharap semoga generasi mendatang bisa meninggalkan kebaikan bagi umat dan menjadikan bumi sebagai tempat hidup yang lebih baik. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dan keturunan kita ke jalan yang benar.
Wienta Diarsvitri. wienta_d@yahoo.com
Zakat Profesi Masih Diabaikan
Terletak di Jl TB Simatupang 12A, Jakarta Selatan, sebuah gedung Pusat Konsultasi Syaiah (PKS) berdiri. Di gedung sederhana ini, PKS yang baru didirikan Maret 2001, melayani pertanyaan berbagai persoalan agama, termasuk ikhwal zakat. ''Melalui www.syariahonline.com,'' kata H Bukhori Yusuf, MA, salah seorng konsultannya, PKS tiap hari tidak kurang mendapatkan 40 pertanyaan dari berbagai kalangan mengenai berbagai masalah keagamaan seperti zakat, keluarga, pendidikan, kewanitaan, dan warisan, baik dari dalam maupun luar negeri.Khusus mengenai zakat, Bukhori yang sekaligus menjadi pelaksana harian PKS berpendapat, masih banyak umat Islam yang belum tahu bagaimana cara mengeluarkan zakat, dan harta apa saja yang wajib mereka zakatkan. Prosentasi zakat pun masih banyak yang tak tahu. Padahal ini merupakan masalah awam.
Lebih lagi masalah zakat profesi, yang melibatkan tenaga dan pekerja profesional. Seperti dokter, konsultan, insinyur, dan masih banyak lagi. Mereka yang berpenghasilan besar itu, kata Buchori banyak yang merasa bahwa mereka tidak terkena kewajiban zakat. Karena menurut pendapatnya, yang namanya zakat itu adalah zakat mal dan zakat fitrah. Kalau pun mereka menyadari perlu berzakat, mereka belum tahu berapa yang harus dizakatkan. Karena banyaknya masyarakat Indonesia yang belum tersentuh untuk berzakat, Bukhori setuju bila lebih digalakkan lagi sosiolisasi zakat kepada masyarakat. ''Sosiolisasi itu sebetulnya telah dilakukan oleh para ulama, da'i, dan mubalig. Tapi saya mengira belum optimal,'' katanya. ''Apalagi yang menyangkut sosiolisasi zakat profesi,'' tambahnya.
Dia menilai kurangnya kesadaran masyarakat untuk berzakat, khususnya zakat profesi, lebih banyak akibat kurangnya kesadaran masyarakat. Bahkan, banyak diantara mereka yang berulang kali pergi haji, umroh, bahkan mampu belanja ke Singapura, dan kota-kota besar di Eropa, tapi sayangnya mereka tidak mengeluarkan zakat yang merupakan rukun Islam ke-empat. ''Paling-paling mereka hanya mengeluarkan zakat fitrah, karena zakat ini jumlahnya tidak besar,'' kata Bukhori. ''Lagu bagaimana jalan keluarnya ?'', menjawab pertanyaan ini, Bukhori berpendapat, ''Perlu dan juga harus dilakukan gerakan terpadu di bidang zakat. Karena sebetulnya, secara normatif para ulama sudah cukup banyak menyuarkan masalah zakat. Tapi problemnya, yang tersentuh baru pola pemahaman soal zakat.
Belum sampai pada tingkat dorongan bagaimana orang itu seharunya mengeluarkan zakat. Jadi, kata pimpinan PKS yang juga aktivis Partai Keadilan ini, secara struktural perlu ada aturan setingkat dengan UU, atau UU itu sendiri yang mengatur tentang zakat. Dengan demikian ada konsekwensi apabila orang mengabaikannya. Tapi itu saja tidak cukup. Perlu dilindungi oleh instrumen-intruman berupa amil yang bersih, jujur, dan transparan, serta benar-benar berorientasi pada kepentingan umat. Terus terang, para amil zakat hingga saat ini masih banyak yang diragukan kejujurannya oleh para muzaki.
Tidak adil Memaparkan tentang zakat profesi, PKS yang para ahlinya terdiri dari belasan konsultan ahli, termasuk Dr Salim Segaf Aljufri dan Dr Daud Rasyid, menganggap tidak masuk akal bila seorang petani dikenakan zakat, sementara tenaga konsultan yang penghasilannya jauh lebih besar tidak berzakat. Sebagai contoh Bukhori menyebutkan, petani dalam satu kali panen memproduksi 520 kg beras. Yang bila dinilai dengan uang sekitar dua juta rupiah. Dengan jumlah penghasilan sebegitu, dan si petani harus menanggung beban hidup, ia dikenakan zakat 2,5 persen.
Sementara seorang konsultan hukum bila menyelesaikan perkara bisa mempeoleh uang antara 25 juta hingga 100 juta rupiah selama 3 - 6 bulasn. Kalau ia tidak sampai mengeluarkan zakat ia akan mendapat azab dari Allah.
Contoh lain adalah seorang dokter spesialis. Kalau tiap hari ia memeriksa 20 pasien dengan bayaran Rp 60 ribu per orang, dalam sehari penghasilannya Rp 1,6 juta. Dalam sebulan (20 hari kerja), ia berpenghasilan 32 juta rupiah. Sedangkan petani yang dikenakan wajib pajak dalam kerja selama 4 bulan hanya memperoleh dua juta rupiah.
Bukhori yakin, bila pajak profesi yang punya potensi besar ini bisa diberdayakan secara optimal, kita tidak perlu mengemis-mengemis pinjaman dari IMF dan luar negeri. Apalagi bila diingat bahwa pinjaman-pinjaman itu telah membuat perangkap bagi kita, dan mewariskan kemelaratan pada anak cucu kita.
Dia menilai bahwa tidak efektifnya pengumpulan zakat di Indonesia hingga saat ini karena tidak adanya sistem terpadu. Masing-masing berjalan sendiri-sendiri. Padahal visi zakat pada dasarnya adalah mengentaskan kemiskinan, bukan sekedar memberi makan orang miskin.
Dan ini pernah terbukti pada masa khalifah Umar bin Abdul Azis, dan khalifah Harus Alrayid, yakni ketika rasa kecukupan masyarakat makin tinggi, hingga sifat-sifat rakus, tama', makin tertepiskan hingga tiap orang tidak merasa ia paling berhak terima bantuan (uluran tangan). as
Dengan I'tikaf Hidup Jadi Ringan
KH Dr Daud Rasyid MA:
Tiada hari tanpa berceramah. Inilah yang kini dijalani KH Dr Daud Rasyid MA. Bahkan pada Ramadhan seperti sekarang, ia bisa berceramah hingga tiga atau empat kali dalam sehari di tempat yang berbeda -- dari perkantoran, hotel hingga mushlla dan masjid. Menurut pria kelahiran Medan, 1962, ini, ceramah di berbagai tempat dan forum itu merupakan amanat agama yang musti dijalankannya. Apalagi, kata orang Indonesia pertama yang meraih gelar dokter di bidang Hadis dari Universitas Kairo, Mesir ini, pemahaman masyarakat terhadap Islam masih sangat rendah. ''Misalnya pemahaman masalah i'tikaf atau masalah peribadatan lainnya, masih sangat kurang. Tidak heran bila kemudian sangat sedikit yang melakukan ibadah i'tikaf di bulan Ramadhan.
Mereka masih memandang, i'tikaf itu hanya pantas dilakukan para ulama saja,'' ujar ayah lima anak ini. Di luar kegiatan ceramah, ia juga aktif mengajar. Antara lain sebagai dosen pascasarjana dan ketua jurusan Hadis program yang sama pada IAIN Sunan Gunung Jati, Bandung. Ia pun tercatat sebagai pengajar pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) -- hasil kerjasama Indonesia-Arab Saudi-- di Jakarta. Sedikitnya enam buku juga telah ia tulis, yaitu: Pembaruan Islam dan Orientalisme dalam Sorotan (cetakan kedua), Islam Ditinjau dari Berbagai Dimensi (cetakan kedua), Islam dan Reformasi (2000), Panduan Praktis Shalat Berjamaah (2002), Apa dan Bagaimana Hadis Nabi (2002), Assunnah fi Indonesia (dalam bahasa Arab/2002), Fitnah Kubro (terjemahan)/, dan Bank Tanpa Bunga (terjemahan).
Berikut petikan wawancara Republika dengan salah seorang Tim Ahli Hukum Islam Menkeh dan HAM, tentang i'tikaf dan manfaatnya bagi individu maupun masyarakat. Wawancara dilakukan di kediamannya di kawasan Condet, Jakarta Timur, Senin lalu.
Apa yang dimaksud dengan i'tikaf?
I'tikaf adalah berdiam diri dalam jangka waktu tertentu di masjid sebagaimana dicontohkan Nabi SAW. Dalam konteks Ramadhan, i'tikaf dimulai sepuluh malam terakhir. Jadi malam 21 sampai malam hari raya.
Dari segi dasar hukumnya bisa dijelaskan?
I'tikaf, sebagaimana dikatakan mayoritas ulama, adalah salah satu amalan sunnah di bulan Ramadhan. Karena sunnah, maka dasar hukumnya adalah perkataan dan perbuatan Nabi. Dalam Hadis Sahih Bukhari-Muslim dikatakan: 'Rasulullah melakukan i'tikaf apabila telah masuk sepuluh malam terakhir Ramadhan'. Amalan ini terus dilakukan Rasulullah setiap tahun.
Menurut Anda, apa manfaat i'tikaf bagi diri pribadi, keluarga, dan masyarakat?
Ada dua macam manfaat, jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek, pasti mendapat pahala dari Allah, karena i'tikaf itu agendanya hanya berzikir, merenungi ciptaan dan kebesaran Allah, membaca dan mengkaji Alquran, sertama amalan-amalan ibadah lainnya. Dampak jangka panjang adalah terciptanya kehidupan dalam masyarakat yang damai, tenang, dan berkeadaban. Sedangkan manfaat yang sangat pribadi misalnya, juga akan tercipta ketenangan jiwa dan batin. Ini hanya dapat dirasakan langsung oleh orang-orang yang melaksanakan i'tikaf. Orang itu akan betul-betul merasakan bagaimana ketenangan itu riil. Begitu ia keluar dari 'arena' ataupun aktifitas i'tikaf, semuanya terasa ringan. Seakan-akan tidak merasakan ada masalah/persoalan, padahal sebenarnya ada persoalan. Itu sebabnya dalam konteks masyarakat, dampak riilnya itu sangat jelas, terciptanya tatanan yang damai dan sejuk, karena hasil i'tikaf dia itu menyejukkan sikap dalam bermasyarakat. Apalagi bila hal itu (i'tikaf) telah menjadi budaya di sebagian besar daerah kita, sehingga masyarakat kita tidak mudah terpancing emosinya dan terjaga sikap beradabnya. Apa yang saya jelaskan itu mungkin agak sulit dipahami oleh mereka yang belum pernah merasakan manfaat i'tikaf lantaran belum pernah melakukannya.
Syarat-syarat apa yang harus dipenuhi dalam i'tikaf?
Yang paling mutlak i'tikaf harus dilakukan di dalam masjid. Amalan ini tidak boleh dilakukan di luar masjid. Memang ada sebagian yang berpendapat harus di Masjid Jami' (masjid agung). Tapi hemat saya, yang penting di masjid, apakah masjid besar atau kecil, sama saja. Kemudian orang itu tidak boleh keluar masjid kecuali hanya untuk keperluan pribadi semisal buang hajat atau keperluan mendesak lainnya seperti untuk makan. Bahkan untuk menjenguk orang sakit atau melayat jenazah saja tidak diperbolehkan. Karena itulah, keperluan di luar hajat pribadi yang mendesak seperti disebutkan tadi, maka akan membatalkan i'tikaf. Itu persyaratan secara fisik. Selain itu, juga diperintahkan mengerjakan amalan-amalan seperti qiyamul lail (shalat malam), berzikir, baca Alquran dan lain sebagainya. Dalam kondisi lelah dan capek, ya tidur. Demikianlah kegiatan rutin selama i'tikaf.
Menurut Anda, apakah i'tikaf itu berat sehingga sedikit orang yang melakukannya?
Pangkalnya adalah masalah pengetahuan. Masyarakat kita kurang mendapatkan atau mempunyai cukup pengetahuan tentang i'tikaf berikut manfaat dan tata cara melaksanakannya. Mereka mengira i'tikaf itu hanya untuk para ulama dan ustad saja. Padahal kan tidak demikian sebenarnya, i'tikaf untuk semua kaum muslim yang memungkinkan waktu dan tenaganya. Barangkali juga karena ada anggapan bahwa i'tikaf itu kan berdiam diri terus di dalam masjid, sehingga membosankan. Jadi perasaan membosankan ini yang belum-belum membuat mereka 'ogah' melaksanakannya. Padahal, i'tikaf itu kan sebenarnya kalau dilakukan sangat indah, enak, ringan, hati jadi tenteram, pikiran menjadi teduh dan jernih, dan lain sebagainya. Nah, i'tikaf ini belum tersosialisasi di kalangan masyarakat kita dengan baik. Jadi masalah pemahaman saja di sini yang perlu diperdalam dan ditingkatkan di masyarakat. Bahwa dengan beri'tikaf sesungguhnya sangat bermanfaat bukan saja bagi pribadi, keluarga, tapi juga bagi masyarakat. Apalagi di tengah kondisi ketidakpastian dan kompleksitas permasalahan saat ini, maka i'tikaf menjadi solusi yang sangat menjanjikan.
Dari pengamatan Anda selama ini, bagaimana sih pemahaman masyarakat kita terhadap agama?
Pemahaman agama mereka boleh saya katakan relatif masih rendah, sehingga menjalankan agama tak lebih dari sekadar ritual, yang sesungguhnya tidak dipahami dampak sosialnya. Padahal dampak sosial itu kan cukup mendominasi dalam ajaran kita. Bahwa banyak ayat Alquran menyitir kehidupan sosial manusia itu tak kalah dominanannya dengan kehidupan akhirati kelak. Sementara sarana-sarana untuk meningkatkan peningkatan pemahaman itu tidak memerankan fungsi tersebut. Kita lihat acara-acara keagamaan di televisi, selama ini cenderung meninabobokkan amsyarakat. Tayangan keagamaan tak lebih dari sekadar penanyangan Islam secara kulitnya saja. Memang gairah penayangan keagamaan khususnya di bulan Ramadhan ini meningkat, tetapi ya itu tadi, tidak meningkatkan pemahaman, hanya pada dataran luarnya saja. Saya punya pengalaman, saat saya menyampaikan cerama di salah satu televisi, saya sampaikan agak serius sedikit sudah ditegur pihak manajemennya, agar penyampaian materi tidak berat-berat. Lantas saya berpikir, kalau baru segitu sudah dianggap terlalu tinggi, lantas kapan kita mangangkat pemahaman agama masyarakat kita ini?
Jadi, intinya adalah tingkatkan pengetahuan keagamaan kita. Bila itu tidak ada, jangan berharap pemahaman masyarakat kita tentang agama akan lebih baik.
Apa sih ciri-ciri orang yang berhasil melakukan i'tikaf?
Memang tidak ada ciri-ciri fisik secara khusus. Hanya saja, orang yang berhasil melakukan i'tikaf itu di antaranya dapat terlihat dari sikap kesehariannya. Misalnya, ada perubahan dalam sikapnya dibanding dengan sebelum melakukan i'tikaf. Karena i'tikaf itu urusan spiritual, maka dampaknya pun hanya dapat dirasakan oleh orang yang melakukannya. Tapi dampaknya pasti, hidup ini jadi ringan, problem besar terasa kecil, cara pandang ke depan dan berpikirnya selalu optimistik, dan setiap urusan jadi lancar. Itu dimungkinkan karena orang itu merasa telah sampai pada puncaknya, yakni merasa dekat kepada Allah SWT.
Menurut Anda, apa hubungan antara i'tikaf dan Lailatul Qadar?
Salah satu agenda pokok i'tikaf itu adalah 'mengintai' Lailatul Qadar itu. Kalau kita i'tikaf itu memang peluang untuk mendapatkan Lailatul Qadar itu sangat besar. Sebab malam-malam orang yang beri'tikaf itu sudah pasti dipadati dengan amalan ibadah sunnah, sehingga akan membawa diri dan batin itu merasa dekat dan makin dekat kepada Allah SWT. Kondisi hati yang bersih dan kedekatannya dengan Allah inilah potensi mendapatkan malam yang mulia itu terbuka lebar. Apalagi, sebagaimana dikatakan Rasulullah, bahwa Lailatul Qadar itu ada dalam salah satu malam pada sepuluh hari terakhir Ramadhan itu. Jadi hubungannya sangat erat, kesatuan yang tak terpisahkan.
Bagaimana Rasulullah dan para sahabat beri'tikaf?
Rasulullah terlihat begitu sungguh-sungguh dalam beribadah, khususnya di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Begitupun dengan para sahabat, tak mau ketinggalan dengan malam-malamnya itu. Rasulullah juga seringkali membangunkan anggota keluarganya untuk qiyamul lail. Nah, Rasulullah selain melakukan i'tikaf juga melakukan qiyamul lail. Ada beda antara keduanya. Kalau i'tikaf tak diperbolehkan keluar untuk hajat tak mendesak, termasuk berdagang, sebaliknya qiyamul lail diperbolehkan.
KENALI SENJATA WANITA
Tarikh : 11/12/2002 8:44:35 AM
Daripada : nur
Airmata
Airmata perempuan memiliki kuasa luar biasa, digunakan untuk menagih rasa belas ihsan sama ada ketika ditimpa kesusahan atau tatkala meminta sesuatu yang susah didapati.
Senyuman
Dengan senyuman manis, perempuan boleh menguasai mana-mana lelaki. Senyuman seorang isteri melembutkan hati suami yang keras atau sedang marah.
Tuturkata
Tuturkata yang manis, pandai memilih kata-kata yang manis apabila meminta sesuatu yang dihajati. Gunakanlah ia untuk menyenangkan hati dan memberi semangat kepada suami.
Berhias.
Wanita pandai berhias untuk menawan nafsu lelaki. Dengan kecantikan wanita mampu menjadikan lelaki tergila-gila. Sekiranya perkara sedemikian dilakukan kepada suami, tenteramlah suami ketika di rumah.
Pandai
Pandai mengambil hati untuk menarik perhatian lelaki. Apabila si isteri lakukan kepada suaminya, pasti kasih sayang akan sentiasa mekar
….Syaaban kian pergi…Ramadhan menjenguk lagi….Ahlan wasahlan ya Ramadhan…Selimuti kami dengan keberkatan…
Tarikh : 11/12/2002 8:44:35 AM
Daripada : nur
Airmata
Airmata perempuan memiliki kuasa luar biasa, digunakan untuk menagih rasa belas ihsan sama ada ketika ditimpa kesusahan atau tatkala meminta sesuatu yang susah didapati.
Senyuman
Dengan senyuman manis, perempuan boleh menguasai mana-mana lelaki. Senyuman seorang isteri melembutkan hati suami yang keras atau sedang marah.
Tuturkata
Tuturkata yang manis, pandai memilih kata-kata yang manis apabila meminta sesuatu yang dihajati. Gunakanlah ia untuk menyenangkan hati dan memberi semangat kepada suami.
Berhias.
Wanita pandai berhias untuk menawan nafsu lelaki. Dengan kecantikan wanita mampu menjadikan lelaki tergila-gila. Sekiranya perkara sedemikian dilakukan kepada suami, tenteramlah suami ketika di rumah.
Pandai
Pandai mengambil hati untuk menarik perhatian lelaki. Apabila si isteri lakukan kepada suaminya, pasti kasih sayang akan sentiasa mekar
….Syaaban kian pergi…Ramadhan menjenguk lagi….Ahlan wasahlan ya Ramadhan…Selimuti kami dengan keberkatan…
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah engkau beri petunjuk kepada kami." (Ali Imran : 250)
Berikanlah maaf....
Tarikh : 2/12/2003 9:31:48 AM
Daripada : Permata Hati
Jangan mencari cari kesalahan orang lain. Ini bisa memenuhi ingatan anda dengan kekeliruan dan mengobarkan kebencian pada orang. Dengan demikian, anda mengaburkan pandangan untuk kemajuan diri. Terlebih lagi, ini menjadi beban yang berat bagi anda. Bebaskan diri anda dari beban beban ini. Lepaskan, maka diri anda menjadi ringan untuk melangkah. Anda mungkin tak bisa menghapus luka yang sudah tertoreh. Namun anda sedia memberikan maaf. Meski tak diminta, tetap berikan maaf.
Yang terpenting, anda harus meminta maaf pada diri anda sendiri karena telah memberatkan hidup anda dengan hal hal yang tak perlu. Bila sudah, maafkanlah. Rasakan betapa ringannya hati anda. Rasakan bagai belon gas yang terlepas di udara. Selama anda menyimpan maaf maka anda menyediakan ruang kosong yang memungkinkan anda terbang melepaskan diri dari belenggu bumi
Tarikh : 2/12/2003 9:31:48 AM
Daripada : Permata Hati
Jangan mencari cari kesalahan orang lain. Ini bisa memenuhi ingatan anda dengan kekeliruan dan mengobarkan kebencian pada orang. Dengan demikian, anda mengaburkan pandangan untuk kemajuan diri. Terlebih lagi, ini menjadi beban yang berat bagi anda. Bebaskan diri anda dari beban beban ini. Lepaskan, maka diri anda menjadi ringan untuk melangkah. Anda mungkin tak bisa menghapus luka yang sudah tertoreh. Namun anda sedia memberikan maaf. Meski tak diminta, tetap berikan maaf.
Yang terpenting, anda harus meminta maaf pada diri anda sendiri karena telah memberatkan hidup anda dengan hal hal yang tak perlu. Bila sudah, maafkanlah. Rasakan betapa ringannya hati anda. Rasakan bagai belon gas yang terlepas di udara. Selama anda menyimpan maaf maka anda menyediakan ruang kosong yang memungkinkan anda terbang melepaskan diri dari belenggu bumi
tips: kelebihan mandi fajar
Tarikh : 2/18/2003 12:41:45 PM
Daripada : szn***
---------------------------------
Daripada Iamm Ahmad Asy-Syaraji ;
Dalam menjaga kesihatan, rasulullah S.A.W
mengamalkan mandi fajar iaitu mandi sekitar pukul 4 pagi.
Kelebihan mandi fajar, antaranya:
1. Tidak terkena penyakit asma
2. Terhindar dari angkara jahat spt sihir baik dari jin atau manusia
3. Tubuh badan menjadi sihat
4. Wajah bercahaya
5. Doanya mudah dimakbulkan Allah
6. wajah menjadi awet mudaa
7. mata menjadi tahan dan tidak mudah rabun
Tarikh : 2/18/2003 12:41:45 PM
Daripada : szn***
---------------------------------
Daripada Iamm Ahmad Asy-Syaraji ;
Dalam menjaga kesihatan, rasulullah S.A.W
mengamalkan mandi fajar iaitu mandi sekitar pukul 4 pagi.
Kelebihan mandi fajar, antaranya:
1. Tidak terkena penyakit asma
2. Terhindar dari angkara jahat spt sihir baik dari jin atau manusia
3. Tubuh badan menjadi sihat
4. Wajah bercahaya
5. Doanya mudah dimakbulkan Allah
6. wajah menjadi awet mudaa
7. mata menjadi tahan dan tidak mudah rabun
0 komentar:
Posting Komentar