Bagaimana perjuangan dan kerja hari ini ? 
Sudahkah tercapaikah target kita ? 
Bila belum bersabarlah... mungkin itu hanya karena pikiran kita sudah membayangkan hasil akhir, padahal kita baru saja memulai. Artinya, pikiran kita berada dalam tempat yang berbeda dengan kondisi yang sekarang kita alami.
Mungkin ilustrasi ini bisa membantu.
Bayangkan, kita tengah berada di dalam ruangan konser. Saat sedang asyik menikmati indahnya alunan musik, tiba-tiba ingat bahwa pintu mobil belum dikunci. Pasti kita langsung khawatir terjadi sesuatu terhadap mobil kita. Celakanya, kita tak dapat keluar begitu saja dari ruangan itu. Akibatnya kita menjadi gelisah dan tak dapat lagi menikmati musik konser. Kita begitu tak sabar menunggu konser tersebut berlalu.
Sebenarnya ilustrasi tersebut menggambarkan definisi baru mengenai kesabaran. Kesabaran adalah kemampuan menyatukan badan dan pikiran kita (body and mind) di satu tempat. Nah, begitu badan dan pikiran kita berada di tempat yang berbeda, maka kita akan sangat gelisah dan kehilangan kesabaran.
Lihatlah contoh di atas. Ketika badan dan pikiran kita ada di ruangan
konser, kita begitu menikmati segala sesuatunya. Tapi begitu kita sadar bahwa mobil belum terkunci, seketika itu juga pikiran kita beralih ke tempat parkir. Pada saat itu kenikmatan kita menonton berubah menjadi penderitaan, ketegangan dan kegelisahan. Kalau semula kita begitu sabar menikmati indahnya alunan musik detik demi detik, kini kesabaran itu benar-benar habis. Badan kita masih di tempat konser, sementara pikiran ada di tempat lain.
Dengan contoh sederhana ini saya ingin mengajak Anda semua merevisi
total pemahaman kita mengenai kesabaran. Selama ini, sabar seringkali
diartikan dengan bersedia menderita, bersikap tabah, mengalah, dan
seterusnya. Sabar sering diekspresikan dengan mengurut dada. Kita mengalami musibah, kemudian orang datang dan mengatakan,''Bersabarlah
menghadapi cobaan ini.'' Saat kita diperlakukan sewenang-wenang,
kawan-kawan kita akan mengatakan, ''Bersabarlah, biar nanti Tuhan yang
akan membalas orang itu.''
Tak ada yang salah dengan kata-kata tersebut. Yang salah adalah maknanya. Seolah-olah bersabar hanyalah dikaitkan dengan penderitaan hidup. Karena itu ekspresinya adalah mengurut dada. Ekspresi seperti ini mereduksi begitu banyak makna mengenai kesabaran. Padahal kesabaran adalah rahasia terpenting untuk menikmati hidup. Kalau kita bersabar, kita akan benar-benar menikmati saat-saat terindah dalam hidup kita.
Definisi baru mengenai kesabaran adalah menyatukan badan dan pikiran
di satu tempat. Dalam menjalankan pekerjaan misalnya, seringkali kita
harus bepergian jauh ke luar kota selama beberapa hari. Saat itu kita
mungkin sering merindukan keluarga di rumah. Dan begitu hal tersebut terjadi, kita merasa stres dan kehilangan kesabaran. Kita ingin buru-buru
pulang, dan kenikmatan melakukan pekerjaan pun hilang.
Coba amati apa yang kita rasakan saat terjebak kemacetan di jalan. Kita sering menjadi stres. Badan kita masih di mobil tapi pikiran sudah di kantor, di tempat klien atau di rumah. Kita menderita. Sekarang coba lakukan penyatuan badan dan pikiran kita kembali. Kuncinya adalah kesadaran. Sadarilah sepenuhnya apa yang sedang kita alami. Rasakan tubuh kita yang sedang duduk di mobil, rasakan sentuhan tangan kita pada kemudi dan kaki kita yang sedang menginjak pedal. Hidupkan musik kesukaan kita dan amatilah gedung-gedung yang menjulang tinggi. Kita akan merasakan keajaiban. Perlahan-lahan kesabaran kita tumbuh kembali. Bukan itu saja, kita juga akan merasakan rileks. Jangan salah, untuk relaksasi kita tidak membutuhkan waktu dan tempat yang khusus. Yang kita perlukan cuma bersabar. Sabar berarti hidup di masa sekarang dan menikmati keberadaan kita. Bila kita sering tak sabaran kalau menunggu sesuatu, coba satukan badan dan pikiran. Kita akan merasakan bedanya.
Definisi lain dari kesabaran adalah kesediaan kita untuk menjalani prosesnya satu demi satu. Dunia ini diciptakan berproses. Kesabaran
berarti menikmati proses tersebut. Dalam hal ini berlaku hukum
pertumbuhan, kita hanya menuai apa yang kita tanam. Tak ada hal yang
instant ! Kalau kita melewati prosesnya karena ingin cepat kaya, atau
ingin cepat terlihat pandai, berarti kita melawan hukum alam. Karena itu,
bersiap-siaplah menerima konsekuensinya pada suatu saat nanti.
Jadi, marilah kita bersabar. Dan hidup akan terasa lebih nikmat. Jangan mengurut dada, karena kesabaran adalah kenikmatan bukannya penderitaan. Apapun karir dan profesi kita, yang menyebabkan kita berhasil bukanlah kepandaian tetapi kesabaran kita. Inilah rahasianya mengapa semua agama selalu mengatakan, ''Sesungguhnya Tuhan bersama orang-orang yang sabar!''
(Compiled by Zidna Humaam Kurnia)
Sebenarnya ilustrasi tersebut menggambarkan definisi baru mengenai kesabaran. Kesabaran adalah kemampuan menyatukan badan dan pikiran kita (body and mind) di satu tempat. Nah, begitu badan dan pikiran kita berada di tempat yang berbeda, maka kita akan sangat gelisah dan kehilangan kesabaran.
Lihatlah contoh di atas. Ketika badan dan pikiran kita ada di ruangan
konser, kita begitu menikmati segala sesuatunya. Tapi begitu kita sadar bahwa mobil belum terkunci, seketika itu juga pikiran kita beralih ke tempat parkir. Pada saat itu kenikmatan kita menonton berubah menjadi penderitaan, ketegangan dan kegelisahan. Kalau semula kita begitu sabar menikmati indahnya alunan musik detik demi detik, kini kesabaran itu benar-benar habis. Badan kita masih di tempat konser, sementara pikiran ada di tempat lain.
Dengan contoh sederhana ini saya ingin mengajak Anda semua merevisi
total pemahaman kita mengenai kesabaran. Selama ini, sabar seringkali
diartikan dengan bersedia menderita, bersikap tabah, mengalah, dan
seterusnya. Sabar sering diekspresikan dengan mengurut dada. Kita mengalami musibah, kemudian orang datang dan mengatakan,''Bersabarlah
menghadapi cobaan ini.'' Saat kita diperlakukan sewenang-wenang,
kawan-kawan kita akan mengatakan, ''Bersabarlah, biar nanti Tuhan yang
akan membalas orang itu.''
Tak ada yang salah dengan kata-kata tersebut. Yang salah adalah maknanya. Seolah-olah bersabar hanyalah dikaitkan dengan penderitaan hidup. Karena itu ekspresinya adalah mengurut dada. Ekspresi seperti ini mereduksi begitu banyak makna mengenai kesabaran. Padahal kesabaran adalah rahasia terpenting untuk menikmati hidup. Kalau kita bersabar, kita akan benar-benar menikmati saat-saat terindah dalam hidup kita.
Definisi baru mengenai kesabaran adalah menyatukan badan dan pikiran
di satu tempat. Dalam menjalankan pekerjaan misalnya, seringkali kita
harus bepergian jauh ke luar kota selama beberapa hari. Saat itu kita
mungkin sering merindukan keluarga di rumah. Dan begitu hal tersebut terjadi, kita merasa stres dan kehilangan kesabaran. Kita ingin buru-buru
pulang, dan kenikmatan melakukan pekerjaan pun hilang.
Coba amati apa yang kita rasakan saat terjebak kemacetan di jalan. Kita sering menjadi stres. Badan kita masih di mobil tapi pikiran sudah di kantor, di tempat klien atau di rumah. Kita menderita. Sekarang coba lakukan penyatuan badan dan pikiran kita kembali. Kuncinya adalah kesadaran. Sadarilah sepenuhnya apa yang sedang kita alami. Rasakan tubuh kita yang sedang duduk di mobil, rasakan sentuhan tangan kita pada kemudi dan kaki kita yang sedang menginjak pedal. Hidupkan musik kesukaan kita dan amatilah gedung-gedung yang menjulang tinggi. Kita akan merasakan keajaiban. Perlahan-lahan kesabaran kita tumbuh kembali. Bukan itu saja, kita juga akan merasakan rileks. Jangan salah, untuk relaksasi kita tidak membutuhkan waktu dan tempat yang khusus. Yang kita perlukan cuma bersabar. Sabar berarti hidup di masa sekarang dan menikmati keberadaan kita. Bila kita sering tak sabaran kalau menunggu sesuatu, coba satukan badan dan pikiran. Kita akan merasakan bedanya.
Definisi lain dari kesabaran adalah kesediaan kita untuk menjalani prosesnya satu demi satu. Dunia ini diciptakan berproses. Kesabaran
berarti menikmati proses tersebut. Dalam hal ini berlaku hukum
pertumbuhan, kita hanya menuai apa yang kita tanam. Tak ada hal yang
instant ! Kalau kita melewati prosesnya karena ingin cepat kaya, atau
ingin cepat terlihat pandai, berarti kita melawan hukum alam. Karena itu,
bersiap-siaplah menerima konsekuensinya pada suatu saat nanti.
Jadi, marilah kita bersabar. Dan hidup akan terasa lebih nikmat. Jangan mengurut dada, karena kesabaran adalah kenikmatan bukannya penderitaan. Apapun karir dan profesi kita, yang menyebabkan kita berhasil bukanlah kepandaian tetapi kesabaran kita. Inilah rahasianya mengapa semua agama selalu mengatakan, ''Sesungguhnya Tuhan bersama orang-orang yang sabar!''
(Compiled by Zidna Humaam Kurnia)




0 komentar:
Posting Komentar