Abdullah bin Abbas z
Oleh: M Yazid Nuruddin
"Ya Allah! Fakihkan ia (Ibnu Abbas) terhadap agama,
dan pandaikanlah ia terhadap takwil!"
Nama dan Nasabnya.
Ia adalah bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf Al Quraisyi Al Hasyimi. Namanya Amru bin Abdi Manaf bin Qusai bin Qilab bin Marah bn Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr Al Qursyi Al Hasyimi Al Maki Al Amir.
Ibunya adalah bernama Ummu Fadhl Lubabah binti Al Harits bin Hazn bin Bujair Al Hilaliyah.
Kelahirannya.
Ia dilahirkan ketika Bani Hasyim berada di Syi'b, tiga atau lima tahun sebelum hijrah. Namun yang pendapat yang lebih kuat adalah tiga tahun sebelum hijrah.
Al Waqidi menerangkan, tidak perselisihan pendapat diantara para Imam bahwa Ibnu Abbas z dilahirkan di Syi'b ketika kaum Quraisy memboikot Abni Hasyim, dan ketika Nabi wafat ia baru berusia tiga belas tahun.
Bentuk Fisiknya.
Beliau orang yang elok rupa, berkulit putih, ganteng, tinggi badannya, gagah, cerah roman mukanya, bagaikan rembulan. Ibnu Abbas a adalah shahabat Nabi yang kaya raya tetapi ia bersikap dermawan.
Al Almasy berkata :"Ibnu Abbas z, jika kamu melihatnya maka akan berkata:" bahwa dia adalah manusia yang paling tampan, bila dia berkata maka kamu akan mengatakan:" bahwa dia adalah manusia yang paling fasih, jika dia berbicara maka kamu akan mengatakan:" bahwa dia manusia yang paling pandai." [1]
Perjalanan Hidupnya.
Ibnu Abbas z bersama kedua orang tua pindah ke Negri hijrah, yaitu pada tahun fathul Makkah. Sebelumnya beliau telah masuk islam. Ini bisa diketahui dari ungkapan beliau:"Aku dan ibuku termasuk orang-orang yang lemah, aku termasuk bagain dari anak-anak, dan ibuku bagian dari para wanita.
Ketika Rasulullah n wafat, umur beliau adalah 15 tahun. Namun ada yang berpendapat 13 tahun.
Abdullah bin Abbas z menunaikan ibadah haji pada tahun Utsman bin Affan z terbunuh, atas perintah Utsman bin Affan z. Ketika terjadi perang Siffin, beliau berada di Maisarah, kemudian diangkat gubernur Bashrah dan selanjutnya menetap disana hingga Ali z terbunuh. Kemudian ia mengangkat Abdullah bin Harits sebagai penggantinya, menjadi gubernur Bashrah, sedang dia sendiri pulang ke Hijaz.
Keistimewaannya.
Ibnu Abbas z pernah melihat Malaikat Jibril dalam dua kesempatan, Ibnu Abbas z berkata : "Aku bersama bapakku di sisi Rasulullah n, dan disamping Rasulullah n ada seorang laki-laki yang membisikinya. Maka beliau seakan-akan berpaling dari bapakku. Kemudian kami beranjak dari sisi Rasulullah n seraya bapakku berkata : 'Wahai anakku, tahukah engkau kenapa anak laki-laki pamanmu (Rasulullah) seperti berpaling (menghindar) dariku? Maka aku menjawab, 'Wahai bapakku sesungguhnya disisi Rasulullah n ada seorang laki-laki yang membisikinya. Ibnu Abbas z berkata, 'Kemudian kami kembali menghadap Rosullah lantas bapakku berkata, 'Yang Rasulullah n, aku berkata kepada Abdullah begini dan begitu, kemudian Abdullah menceritakan kepadaku ada seorang laki-laki di sampingmu yang berbisik-bisik kepadamu. Apakah benar memang ada seseorang di sisimu?. ' Rasulullah n balik bertanya, 'apakah engkau melihatnya Ya Abdullah?' Kami menjawab, 'Ya'. Rasulullah n bersabda, 'Sesungguhnya ia adalah Jibril alaihissalam. Dialah yang menyibukkanku dari kamu sekalian'."
(HR. Ahmad)
Abbas z mengutus Abdullah zkepada Rasulullah n dalam suatu hajat (keperluan), dan Abdullah z menjumpai seorang laki-laki bersama Rasulullah n. Maka tatkala ia kembali dan tidak berbicara kepada Rasulullah n, maka Rasulullah n bersabda, "Engkau melihatnya?" Abdullah menjawab, "Ya," Nabi bersabda, "Ia adalah Jibril. Ingatlah sesungguhnya ia tidak akan mati sehingga hilang pandangannya (buta) dan diberi (didatangkan) ilmu"
(HR. At-Thabrani)
Kesugguhannya dalam menuntut ilmu.
Beliau pernah menceritakan pengalamannya, dengan berkata: "Aku pernah bertanya kepada tiga puluh shahabat Rasulullah n mengenai satu masalah."
Dan berkata: "Ketika Rasulullah n wafat, aku katakan kepada salah seorang pemuda Anshar:"Marilah bertanya kepada shahabat Rasulullah n, sekarang mereka hampir semuanya berkumpul!" Pemuda Anshar tadi menjawab: "Aneh sekali kamu ini, hai Ibnu Abbas! Apakah kamu kira orang-orang akan membutuhkanmu, padahal dikalangan mereka sebagaimana kau lihat, terdapat shahabat Rasulullah…?" Demikian dia tidak mau diajak, tetapi aku tetap pergi bertanya kepada shahabat-shahabat Rasullullah n.
Pernah suatu hari beliau mendapat hadits hadits dari seseorang dengan cara beliau datangi rumahnya. Kebetulah orang tersebut sedang tidur siang. Kemudian beliau membentangkan kain dimuka pintu rumah orang tersebut, lalu duduk dan menunggunya hingga bang dari tidur siangnya. Sementara angin bertiup, menerbengkan debu kepada beliau. Sampai akhirnya pemilik rumah itu bangun dan mendapatinya di depan pintu. Maka orang tersebut berkata:"Wahai saudara sepupu Rasulullah n apa maksud kedatangan Anda? Kenapa tidak Anda suruh saja orang kepadaku agar aku datang kepadamu." Ibnu Abbas menjawab:"Tidak, akulah yang harus datang mengunjungi Anda !". Kemudian beliau menanyakan sebuah hadits dan belajar darinya.
Pada suatu hari ditanya oleh seseorang, "Bagaimana Anda mendapatkan ilmu ini?"
Beliau menjawab :" Dengan lidah yang suka bertanya dan akal yang suka berfikir."
Kedudukan dan keilmuannya.
Ibnu Abbas zdikenal dengan julukan Turjumatul Qur'an (juru tafsir Al Qur'an), Habrul Ummah ( tokoh lama ummat), dan Ra`isul Mufssirin( pemimpin para penafsir Al Qur'an). Al Baihaqi dalam Ad Dala`il meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, yang mengatakan:"Juru tafsir Al Qur'an yang paling baik adalah Ibnu Abbas z." Abu Nu'aim meriwayatkan dari keterangan dari Mujahid, "Adalah Ibnu Abbasz dijuluki dengan Al Bahr (lautan), karena banyak dan luas ilmunya."
Ibnu Sa'ad meriwayatkan dengan sanad shahih dari Yahya bin Sa'id Al Anshari ketika Zaid bin Tsabit wafat, Abu Hurairah berkata:"Orang yang paling Pandai Umat ini telah wafat, dan semoga Allah menjadikan Ibnu Abbasz sebagai pengantinya."
Dalam usia muda beliau telah mendapatkan kedudukan istimewa dikalangan pembesar sahabat mengingat ilmu dan ketajaman pemahamannya, sebagai realisasi do'a Rasulullah n kepadanya. Dalam sebuah hadits berasal dari Ibnu Abbas z, dikatakan:"Nabi pernah merangkulnya dan berdo'a:"Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah."
Dalam Mu'jam Al Baghawi dan lainnya, dari Umar z,"Bahwa Umar mendekati Ibnu Abbas z dan berkata, sungguh saya pernah melihat Rasulullah n mendo'akanmu, lalu membelai kepalamu, meludahi mulutmu dan berdo'a:"Ya Allah, berilah ia pemahaman dalam urusan agama dan ajarkanlah kepadanya takwil."
Al Bukhari melalui sanad Sa'id bin Jubair, meriwayatkan dari Ibnu Abbasz, ia menceritakan Umar z mengikut sertakan saya dalam kelompok tokoh senior perang badar. Nampaknya sebagian mereka merasa tidak senang lalu berkata:" Kenapa anak ini diikutsertakan kedalam kelompok kami padahal kami pun mempunyai anak- anak yang sebaya dengannya?" Umar menjawab:"Ia memang seperti yang kamu ketahui." Pada suatu hari Umar memanggil mereka dan memasukkan saya bergabung dengan mereka. Saya yakin, Umar memanggilku agar itu semata-semata hanya untuk memperlihatkan saya kepada mereka. Ia berkata:" Bagaimana pendapat tuan-tuan mengenai friman Allah:
#sÎ) uä!$y_ ãóÁtR «!$# ßx÷Gxÿø9$#ur ÇÊÈ
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan"(An Nashr:1)
Sebagian mereka menjawab:"Kita diperintahkan memuji Allah dan memohon ampunan kepada-Nya ketika Allah memberikan pertolongan dan kemenangan kepada kita. Sedang yang lain diam tidak berkata apa-apa. Lalu ia bertanya kepadaku:"Begitukah pendapatnu, wahai Ibnu Abbas?" Tidak jawabku. Lalu bagaimana menurutmu ? Tanyanya lebih lanjut. "Ayat itu" jawabku, adalah pertanda ajal Rasulullah n yang diberitahukan Allah kepadanya. Allah berfirman:"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan" dan itu adalah pertanda ajalmu (Muhammad), maka bertasbihlah dengan emuji Rabb-mu dan mohon ampunlah kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Penerima taubat." Umar berkata:"Aku tidak mengetahuimaksud ayat itu kecuali apa yang kamu katakan."
Kedermawanannya.
Diriwayatkan bahwa Abu Ayyub Al-Anshori datang kepada Mu'awiyyah, ia melaporkan apa yang menjadi beban hutangnya namun ia tidak mendapatkan seperti apa yang ia inginkan. Kemudian ia pergi ke Bashrah, menuju rumah Ibnu Abbasz. Sesampainya disana ia curahkan isi hatinya, "Sungguh saya perlu denganmu sebagaimana engkau perlu kepada Rasulullah n, kemudian Ibnu Abbasz berkata, 'Berapa tanggungan hutangmu?' Abu Ayyub Al-Anshariz menjawab, dua puluh ribu ." Kemudian Ibnu Abbasz memberinya empat puluh ribu, dua puluh budak dan lainnya yang ada di rumahnya.
Tafsirnya.
Riwayat dari Ibnu Abbas z mengenai tafsir tidak terhitung banyaknya. Dan apa yang dinukil darinya itu telah dihimpun dalam sebuah kitab tafsir ringkas yang diberi nama tafsir Ibnu Abbas. Didalamnya terdapat macam-macam riwayat dan sanad dan berbeda-beda, tapi sanad yang paling baik adalah yang melalui Ali bin Abi Thalhah Al Hasyimi, dari Ibnu Abbas z. Sanad ini didominasi oleh Al Bukhari dalam kitab shahihnya. Sedang sand yang cukup baik, jayyid, yang melalui Qais bin Muslim Al Kufi, dari Atha' bin As Sa'ib.
Didalam kitab –kitab tafsir besar yang mereka sandarkan kepada Ibnu Abbaszterdapat kerancuan sanad. Sanad yang paling rancu dan lemah adalah sanad melalui melalui Al Kalbi dari Abu Shalih. Al Kalbi adalah Abu Nashr Muhammad bin As Sa'ib (wafat 146 H). dan jika sanad ini digabungkan riwayat Muhammad bin Marwan As Sadi Ash Shaghir, maka ini merupakan silsilah Al Kadzb, mata rantai perawi dusta. Dengan demikian juga sanad Muqatil bin Sulaiman bin Bisyr Al Azdi. Hanya saja Al Kalbi lebih baik dari pada Muqatil, karena pada diri Muqatil terdapat berbagai madzhab atau paham yang rendah.
Sementara itu sanad Adh Dhahak bin Muzahim Al Kufi Al Kufi, dari Ibnu Abbas z adalah munqathi', (terputus). Karena Adh Dhahak tidak bertemu langsung dengan Ibnu Abbas. Bila sanadnya digabungkan dengan riwayat Bisyr bin 'Imarah maka riwayat ini tetap lemah karena Bisyr adalah lemah. Dan jika sanad itu melalui riwayat Juwaibir, dari Adh Dhahak, maka riwayat tersebut sangat lemah karena Juawaibir sangat lemah dan ditinggalkan riwayatnya.
Sanad melalui Al 'Aufi, dan seterusnya dari Ibnu Abbasz, banyak digunakan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, padahal Al 'Aufi itu seoorang yang lemah. Meskipun lemahnya tidak keterlaluan dan ahkan terkadang dinilai hasan oleh Tirmidzi.
Dengan penjelasan ini dapatlah kiranya kita menyelidiki jalan periwayatan tafsir Ibnu Abbas dan mengetahui mana jalur yang cukup baik dan diterima. Sreta mana pula jalur yang lemah atau ditinggalkan, sebab tidak semua yang diriwayatkan dari Ibnu Abbasz itu shahih dan pasti.
Murid-murid Ibnu Abbas z.
1. Anak beliau sendiri, Ali bin Abdullah bin Abbas.
2. Anak saudaranya, Abdullah bin Ma'bad.
3. Budak beliau, Ikrimah.
4. Miqsam.
5. Kuraib.
- Abu Ma'bad Nafidz.
- Anad bin Malik.
- Abu Thufail.
- Abu Umamah bin Sahl.
- Saudara beliau, Katsir bin Al Abbas.
- Urwah bin Zubair.
- Ubaidullah bin Abdullah.
- Thawus.
- Abu Asy Sya'tsa`, Jabir.
- Ali bin Al Husain.
- Sa'id bin Jubair.
- Mujahid bin Jabr.
- Al Qasim bin Muhammad.
- Abu Shalih As Saman.
- Abu Raja' Al 'Utharadi.
- Abu Al Aliyah.
- Ubaid bin Umair.
- Putra beliau, Abdullah.
- Atha' bin Yassar.
- Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad.
- Arbadah At Tamimiy, ahli tafsir.
Dan masih banyak lagi, murid-murid beliau. Yang tidak kurang dari 200 ulama'.
Wafatnya.
Ia wafat di Thaif pada tahun 65 H. Pendapat lain mengatakan, 67 atau 68 H. dan pendapat yang benar menurut Jumhur adalah 68 H.
Dari Sa'id (bin jubair), "Bahwa Ibnu Abbas z wafat di Thaif. Kami menyaksikan jenazahnya, maka saat itu tiba-tiba kami melihat burung putih datang yang tidak diketahui bentuk wujudnya. Kemudian masuk ke dalam keranda mayat Ibnu Abbas z. Kami memandang (keranda itu) dan berfikir apakah burung tersebut akan keluar. Ternyata burung tersebut tidak diketahui keluarnya dari keranda mayat itu. Dan ketika mayat telah dimakamkan tiba-tiba di tepi kuburan Ibnu Abbas z terdengar suara bacaan ayat Alqur'an: "Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabbmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Masuklah kedalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku." (QS Al-Fajr : 27-30).[2]
Referensi:
1. Siyar Al A'lam An Nubala', Imam Adz Dzahabi.
2. Mabahits fi Ulumu Al Qur'an, Manna' Al Qaththan.
3. Tarikh Tasyri' Al Islami, Manna' Al Qaththan.
4. Karakterisik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah, Khalid Muh Khalid.




Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus