Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Selasa, 13 Desember 2011

BALASAN KEZHALIMAN


BALASAN KEZHALIMAN

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (41) وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
''Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.''(Qs. Ibrahim: 42)
Makna dzalim adalah wadh'u asy 'syai fighairihi maudhu'ihi, menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Karena itulah, zhalim yang paling zalim adalah mempersekutukan allah ta'la,
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ
''Orang-orang kafir berkata kepada Rasul-rasul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kamu dari negeri kami atau kamu kembali kepada agama kami". Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang lalim itu,''(Qs.ibrahim:13)
Orang musrik telah berlaku tidak pantas terhadap allah. Mereka sejajarkan allah dengan makhluk atau bahkan benda mati atau tidak bisa mendatangkan maslahat, tidak pula mampu menolak madharat, maha suci allah dari yang mereka sifatkan.
Seseorang yang bermaksiat juga disebut zhalim terhadap diri sendiri. Karena tatkala ia bermaksiat, berarti ia mencelakakan dirinya. Padahal, sudah semestinya seseorang mencitai dirinya sendiri dan membawanya menuju keselamatan. Karena itulah, diantara bentuk taubat adalah membaca do'a,
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
"Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".(Qs. Al araf:23)
Zhalim Terhadap Orang Lain
Seseorang juga dikatakan zhalim apabila memperlakukan orang lain sebagaimana mestinya. Baik berupa menyakiti secara fisik maupun psikis tanpa alas an yang dibenarkan oleh syariat. Allah memberia ancaman bagi orang yang menzhalimi orang lain,
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ (41) وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
''Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang lalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak.''(Qs. Ibrahim: 42)
Tentang ayat ini imam at thabari berkata, ''ayat ini adalah ancaman bagi orang yang zhalim sekaligus penghibur bagi orang yang dizhalimi.''
Alangkah bijak apabila kita terlebih dahulu bercermin, adakah bentuk kedzahliman yang kita timpakan atas saudara kita sesama muslim. Belum tentu kita telah bebas dari ancaman itu. Bisa jadi kita telah melupakan ribuan kezhaliman yang telah kita perbuat di masa lalu, tapi allah tidak pernah lupa.
Bisa jadi kita telah berhutang lalu menggugurkan niat untuk membayarnya, karena meyangka bahwa orang yang berhak telah melupakannya. Dan memang, boleh jadi pemilik piutang telah lupa, tapi allah tidak akan melupakannya.
Bisa jadi kita telah menipu takaran dan timbangan, baik saat membeli atau menjual. Meskipun yang ditipu tidak menuntut di dunia, atau bahkan tidak menyadarinya, namun allah mengetahuinya. Begitupun dengan cacian, calaan, atau kata kata yang menyakitkan tertuju kepada saudaranya muslim. Dan masih banyak lagi berbagai bentuk kezhaliman yang mungkin pernah kita lakukan, atau bisa jadi hingga sekarang sebagian kezhaliman itu masih berlangsung.
Balasan yang tidak disegerakan di dunia, bukan berarti allah tidak menghitungnya, tidak pula berarti hapus begitu saja. Imam ahmad bin hambal juga mengigatkan, ''ketahuilah bahwa kebaikan tidak akan sia sia, dan dosa tiada dilupakan begitu saja.''
Bisa jadi seseorang telah merasa aman dari akibatnya, namun tiba tiba balasan dating seketika, sehingga mata terbelakak karenanya, pikiran linglung dibuatnya, dan hatipun hampa karena tak ada persiapan untuk menghadapinya. Di dalam shahihain, di sebutkan bahwa rasulallah saw bersabda,
إن الله يملي للظالم . فإذا أخذه لم يفلته
''sesungguhnya allah menangguhkan balasan bagi orang yang zhalim, hingga ketika ia membalasnya, allah tidak akan melepaskannya.''
lalu beliau membaca firman allah,
وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ
'' Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.''(Qs. Hud:102)
Taubat Dari Kezhaliman  
Sungguh, menghadap allah dalam kondisi dizhalimi lalu bersabar sehingga mendapatkan pahala, itu lebih baik dari pada datang dalam keadaan berlaku zhalim. Yang karenanya, kebaikan kita bisa jadi akan ludes untuk melunasi kezhaliman yang kita lakukan, na'uzhu billah.
Diriwayatkan oleh abu hurairah, bahwa rasulallah saw, bersabda,
''tahukah kalian, siapahakah orang yang bagkrut itu?''para sahabat menjawab, ''orang yang bangkrut menurut kami adalah orang tidak memiliki dirham, tidak memiliki harta.''lalu nabi saw, bersabda, ''orang yang bangkrut diantara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, shaum dan zakat. Akan tetapi ia juga pernah mencela pulan, menuduh si fulan, memakan harta fualn, menumpahkan darah fulan dan memukul sifulan. Maka kebaikan yang ini untuk fulan yang ini, kebaiakan yang lain untuk fulan yang lain, hingga ketika kebaikannya telah ludes sementara kezhaliman belum terlunasi, maka keburukan orang yang dizhalimi akan diambil, lalu ditimpakan kepadanya dan iapun dimasukan ke neraka.''(Hr. Muslim)
Inilah sebenar benar orang yang bangkrut. Seluruh modal kebaikannya habis untuk melunasi hutang kezhalimannya, bukan keburukan orang lain ditimpakan kepadanya hingga menyebabkan ia masuk neraka. Sempurnalah kerugian dan penderitaannya, nas'alullah 'afiyah.
Tak ada jalan lain, selain bertaubat dari segala bentuk kezhaliman, mengkuinya dan berhenti melakukanya, menyesal bertekad untuk tidak mengulangi, dan segera menyelesaikan urusan yang berhubungan dengan manusia. Melunasi hutang, atau beniat untuk melunasinya jika belum mampu. Mengembalikan hak hak orang lain yang telah diambilnya selagi mampu dan mungkin, juga memperbaiki nama baik orang yang telah dicemarkannya tanpa alas an yang benar.   
Adapun taubat dari ghibah atau menggunjing, adalah kita sebut kebaikan orang yang pernah kita sebut keburukannya dihadapan orang yang sama. Jika tidak mampu, hendaknya ia berusaha semampunya. Pendapat yang rajih menurut syaikhul islam ibnu taimiyah adalah, tidak ada tuntutan untuk minta maaf kepada orang yang telah digunjing, kecuali jika berita itu sampai kepadanya. Beliau mengatakan, ''la tu'dzi akhaaka marratain'', jangan kamu sakiti saudaramu dua kali.'' Meminta maaf berarti memberitahukan bahwa anda telah mengunjingnya. Dan ini berarti telah menyakitinya untuk kali kedua. Pertama menggunjingnya, kedua pemberitahuan itu sangat mungkin menyakiti hatinya. Terkecuali jika informasi itu sudah sampai kepadanya, maka tidak mengapa kita mengakuinya, lalu meminta maaf kepadanya. Wallahhu a'lam.  

0 komentar:

Posting Komentar