Apakah Islam Agama Perdamaian?
“Islam berarti damai!” Islam adalah agama perdamaian”, kata ini sering kita dengar dari Muslim Moderat, yang gencar terdengar mengalahkan operasi-operasi jihad yang dilancarkan Mujahidin. Maka, kami di sini bertanya: Apakah Islam agama yang damai? Tidak sama sekali tidak !. Allah SWT secara tegas menjelaskan kepada kita untuk memerangi Kuffar sampai Islam mendominasi dunia dan Kuffar berhenti menduduki negeri kita serta sampai mereka membayar jizyah.
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS At Taubah, 9: 29)
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuh mu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepada mu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS Al Anfal, 8: 60)
Lebih lanjut, Allah SWT telah membuat berperang menjadi sebuah kewajiban ketika negeri Islam diduduki:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagi mu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagi mu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” (QS Al Baqarah, 2:216)
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri Ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!". (QS An Nisaa’, 4: 75)
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” (QS An Nisaa, 4:95)
Dan Ulama telah menegaskan:
Ibnu Katsir berkata tentang ayat:
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagi mu, jika kamu Mengetahui.” (QS At Taubah, 41)
“Anas dari Abi Talha meriwayatkan bahwa Ali bin Zaid berkata maksud ayat ini, ‘berangkatlah (berjihad) tua dan muda sebagaimana Allah SWT tidak akan menerima alasan dari siapa pun.’ Kemudian Ali bin Zaid pergi dalam sebuah ekspedisi di Syam (Syiria) dimana dia terbunuh.”
Ibnu Qayyim berkata :
“…telah menjadi kewajiban atas mereka untuk memerangi musyirikin secara keseluruhan. Ketika perbuatan itu awalnya haram, maka telah diizinkan oleh (Allah SWT); selanjutnya telah diwajibkan memerangi mereka yang lebih dahulu memerangi dan terakhir (mereka) diperintahkan untuk memerangi Kuffar secara keseluruhan. Kewajiban terdiri dari dua kategori yaitu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah menurut pendapat ulama yang masyur. Ketika seseorang menyelidiki jenis jihad yang harus diwajibkan atas mereka yaitu dengan hatinya, lidahnya atau dengan kekayaan dan kekuatannya. Telah menjadi sebuah kewajiban atas setiap Muslim untuk berperang dengan cara-cara ini. Berkaitan dengan jihad oleh diri seseorang (fisik) maka ini adalah fardhu ‘ain. Berkaitan dengan jihad dengan kekayaan ada dua pernyataan tentangnya, yang paling benar adalah dimana itu adalah sebuah kewajiban karena perintah Jihad dengan harta dan diri seseorang telah disamakan dalam Al-Qur’an; sebagaimana Allah SWT berfirman, ‘Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan mu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.’ (QS Ash Shaf, 61: 10-12) [Zaad Al Ma’ad Jilid. 3/ 72]
Ibnu Hajar berkata :
“Jenis Jihad memerangi kuffar adalah Fard Mu’ayyan (menjadi kewajiban setiap individu) atas Muslim; dan mereka bisa melakukan ini dengan tangan, lidah, harta atau bahkan dengan hati mereka.” [Fath al Bari jilid 6/ 28]
Ibnu Atiyyah berkata :
“Ulama telah sepakat bahwa kewajiban jihad atas ummat Muhammad adalah satu tanggung jawab bersama. Konsekuensinya, jika sebagian Muslim melaksanakannya maka kewajiban itu tidak lagi membebani lainnya; ini terus sampai musuh kalah di negeri Muslim. Ketika kondisi pendudukan maka Jihad menjadi sebuah kewajiban atas setiap individu. Al Mahdawi, diantara yang lainnya, telah menjelaskan riwayat bahwa Ath Thawri menyatakan bahwa Jihad adalah kewajiban yang bersifat suka rela.” [Tafsir Ibnu Atiya Jilid 2 / 43]
Allah SWT juga memerintahkan orang-orang beriman untuk menteror musuh-musuh Islam, dan menggentarkan hati mereka (QS Al Anfal, 6: 80) Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Kita juga bisa melihat riwayat dari Nabi Muhammad SAW: Ya’qub berkata, ‘telah diriwayatkan, ayahku dari Ibnu Ishaq yang berkata, ‘Dan telah diriwayatkan kepadaku, Yahya bin Urwah bin Az Zubair, dari ayahnya, ‘Urwah bin Abdullah bin Amr Ibnu Al Aws, yang berkata, ‘Aku berkata kepadanya, ‘Apa yang paling sering kamu saksikan dari suku Quraisy yang diserang oleh Rasul Muhammad SAW dan apa yang nyata tentang permusuhannya? Dia berkata, ‘Aku ada bersama dengan mereka dan orang-orang terbaik mereka ketika mereka bertemu pada suatu hari di Hajar Aswad. Kemudian mereka menyebutkan RasuluLlah dan berkata, ‘Kami belum pernah melihat seperti apa yang tersisa dari siapapun dari orang-orang ini. Dia menertawakan kecerdasanmu dan mengutuk ayah-ayah kami serta membuat agama kami terlihat jijik di saat perpecahan kelompok kami juga mengutuk tuhan-tuhan kami. Kami masih tinggal dengannya dalam sebuah masalah besar,’ atau sebagai mana mereka berkata (yaitu apa yang mereka katakan seperti ini).’ Dia berkata, ‘Maka saat mereka seperti itu, Rasulullah SAW datang kepada mereka dan mulai untuk menerima mereka sampai dia berpegang pada pilar. Kemudian dia melewati mereka pada saat tawaf di sekitar Ka’bah, disaat melewati mereka beliau dihina dengan sebagian apa yang dia katakan kemudian aku memperhatikan raut wajahnya. Kemudian dia melanjutkan sampai dia melewati mereka dan mereka mengejeknya dengan seperti itu kemudian aku memperhatikan ekspresi wajahnya. Kemudian dia melewati mereka dan untuk ketiga kalinya mereka menghinanya dengan seperti itu. Kemudian dia berkata, ‘Kamu mau mendengar, wahai kelompok Quraisy? Demi jiwaku yang berada di genggaman-Nya, aku datang untuk memerangi kalian!’ perkataannya menyerang mereka maka sungguh, bukanlah laki-laki diantara mereka, kecuali seolah-olah ada seekor burung yang menyerang kepala mereka ( yaitu terkejut, terteror dan membisu) – sebagaimana seseorang yang paling licik dan kasar serangan Nabi sebelum ini, telah berkata dengan sangat ramah dan tutur lembut dia bisa berfikir; seperti itu bahwa seseorang berkata kepada mereka, “Wahai Abul Qasim (Muhammad): Ayo! Ayo, wahai orang Shaleh! Sungguh, demi Allah kamu tidak bodoh!” Kemudian Rasulullah pergi. Keesokan harinya, mereka berkumpul bersama di Al Hijr dan aku bersama dengan mereka. Mereka bertanya satu sama lain, “Kamu ingat apa yang dia katakana kepadamu, dan apa yang kamu katakan kepadanya? Hingga demikian, dimana dia menyatakan kepadamu yang kau benci, namun kamu membiarkannya pergi!” kemudian ketika mereka berada di tempat ini, Rasul terlihat lagi. Kemudian mereka semua tiba-tiba mengelilinginya, dan bertanya kepadanya, “Apakah kamu orang yang menghina tuhan dan agama kami?” Nabi menjawab, “Ya, akulah yang mengatakan hal itu.” Aku melihat seseorang diantara mereka (mulai untuk) meletakkan pakaian Nabi, tetapi Abu Bakar melompat dan berdiri diantara mereka dan beliau. Sambil menangis Abu Bakar berkata,
“…Apakah kamu akan membunuh orang karena dia mengatakan: “Tuhanku adalah Allah…” [Ghafir, 28]
Setelah itu mereka meninggalkannya. Ini adalah hal yang paling buruk aku lihat dari Qurays melawan Nabi SAW. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad ditetapkan shahih, dan berkata, “Isnaduhu Shahih.” Dia juga menjelaskan bahwa telah diriwayatkan oleh Ibnu Hajar Al Haythami dalam Mujma’ Az Zawa’id (6/15-16), dan telah dirangkum oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari (7/128), dan Ibnu Katsir telah menyebutkan bahwa itu telah diriwayatkan oleh Baihaqi dalam At Tarikh (3/46). Ibnu Taimiyah, Siyaasah Syariah, Jilid 1 Hal. 18, mengutip perang Zaatul Salaasilin, di dalamnya Nabi SAW berkata: “Annal dahuuq al Qatal (Aku adalah orang yang tersenyum ketika membunuh). Dahuq adalah seseorang yang tersenyum dan Al Qattal adalah seseorang yang membunuh. Ibnu Taimiyah, Majmuu’a Al Fatawa Jilid 28, dalam tafsir surah Fath ayat 29 mengutip tafsir Dahaaq (Tabi’) dimana Rasulullah SAW berkata: Aku adalah Al Dahuuq al Qattal dan ini adalah untuk shidda (keras) kepada kuffar (sebagaimana pernyataan ayat).
Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wal Nihaayah, jilid 3 hal. 199: Ali bin Ibrahim al Hasim ketika Yahudi Banu Qurayza dan Banu Nadhir datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya apa yang kamu serukan? Rasulullah SAW menjawab laailaaha illallah muhammadan rasulullah dan itulah yang telah diturunkan tentangku dalam Taurat dan yang Ulama informasikan tentangku, dimana aku datang dari Mekkah, seseorang yang merdeka, aku akan meninggalkan kesyirikan, khamr, Dimana aku akan menjadi Nabi penutup, aku akan meletakkan pedang ke dalam sarungnya dan dada, aku tidak akan takut kepada siapa pun dan aku akan tersenyum disaat aku membunuh dan dimana ada jejak kaki manusia atau hewan (kehidupan) kekuasaanku akan sampai disana.
Ibnu Taimiyah dalam Majmu’a Fatawa, jilid 28 dalam tafsir surah Fath ayat 29 mengutip tafsir Dahaq (Tabi’) dimana Rasulullah SAW berkata; Aku adalah Al Dahuuq al Qattal dan ini adalah untuk shidda (kasar) kepada kuffar (sebagaimana pernyataan ayat).
Ibnu Rushd berkata “Menteror itu dibolehkan berdasarkan ijma melawan semua kuffar.” [Al Hashiyah ‘Ala Ar Raudh Jilid 4/ 270)
Jadi, apakah Islam agama perdamaian ? Atau agama perang ?
Wallahu’alam bis showab!
0 komentar:
Posting Komentar