Copyright © ISLAMIND
Design by Dzignine
Selasa, 13 Desember 2011

4 Hal Yang Dipertanggung Jawabkan


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat iman dan Islam kepada kita. Aku bersaksi tiada Tuhan yang wajib disembah, kecuali Allah. Tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad  adalah utusan Allah. Semoga selawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah , keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti jalan hidupnya.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Setiap gerak-gerik kehidupan di dunia ini harus senantiasa ada pertanggungjawaban. Orang yang diberi amanah (mandat) harus mempertanggungjawabkan amanahnya kepada orang yang memberikan amanah kepadanya. Seorang karyawan harus mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada atasannya. Buruh akan mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada majikannya. Lurah mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Camat, dan Camat mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada Bupati, dan seterusnya sampai kepada Presiden yang harus mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada rakyat melalui MPR. Fenomena ini sudah lazim bagi kita di dunia ini. Bahkan, akan tetap lazim dan up to date bagi kita sampai memasuki alam yang baru nanti, yaitu alam akhirat. Semua manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatan dan amalnya kepada Allah  besok di hari akhirat karena manusia adalah makhluk ciptaan-Nya serta menjadi khalifah-Nya di muka bumi ini.
Dalam hal ini setidaknya ada empat hal yang harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah  kelak di hari kiamat. Nabi   bersabda dalam sebuah hadisnya:
" Dari Abu Barazah A-Islami berkata, Rasulullah   bersabda, "Kedua kakinya seorang hamba besok di hari kiamat tidak akan terpeleset sehingga dia ditanyai tentang empat hal: (1) Tentang umur, untuk apa umur itu dihabiskan. (2) Tentang ilmu, untuk apa ilmu itu difungsikan. (3) Tentang harta benda, dari mana harta benda itu diperoleh. (4) Tentang kondisi tubuh, untuk apa kenikmatan itu digunakan." (HR Tirmidzi dan berkata: hadis tersebut Hasan-Sahih)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Keempat hal tersebut mari kita rinci dan uraikan satu per satu.
Pertama: Mengenai Umur
Allah  memberikan umur kepada manusia sesuai dengan kehendak-Nya, ada yang panjang, ada yang pendek, dan ada yang sedang-sedang saja. Yang jelas umur yang diberikan kepada manusia itu ada batasnya, dan pada waktunya, manusia akan diwafatkan oleh Allah . Allah berfirman dalam Al-qur’an, " Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (Al-A'raaf: 34)
Berkaitan dengan umur ini umat Muhammad adalah umat yang paling pendek umurnya dibandingkan dengan umat-umat yang terdahulu. Nabi   sendiri umurnya hanya 63 tahun, sebuah umur yang relatif pendek bila dibandingkan dengan para Nabi sebelumnya. Secara umum umat Muhammad berumur dalam kisaran 60 sampai 70 tahun, sebagaimana yang pernah beliau tegaskan dalam hadisnya, "Rata-rata umur umatku antara 60 sampai 70 tahun."
Dengan umur sependek itu, pertanyaan yang perlu dikedepankan adalah untuk apa umur yang begitu singkat itu kita habiskan? Realitas sosial menunjukkan bahwa kebanyakan manusia selalu menunda-nunda melakukan amal saleh padahal tidak jarang manusia yang masih muda, bahkan masih kecil, secara mendadak di wafatkan oleh Allah , Bagaimana menghadap kepada Allah  sedangkan mereka ini dalam keadaan tidak siap mati karena semasa hidupnya belum membekali dirinya dengan bekal-bekal kehidupan akhirat. Mereka menunda-nunda di sisa umurnya, tapi di tengah perjalanan ke sana mereka terlebih dahulu sudah diwafatkan oleh Allah . Kalau memang begini jadinaya, siapa yang rugi?
Oleh karena itu, kita memang harus selalu stand by dan siap dalam menghadapi yang namanya maut itu. Kapan pun, di mana pun, dan saat apa pun kita harus siap merespon panggilan yang terakhir dari Allah di dunia ini. Dengan demikian, bekal taqwa dan ibadah yang selalu menyertai kita di mana pun kita berada adalah yang terbaik bagi kita.
Kedua: Mengenai Ilmu
Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Ciri yang membedakan antara manusia dan binatang adalah adanya akal. Dengan akal manusia mampu mengakses kebaikan-kebaikan, informasi-informasi, dan lain-lain. Dengan akal pula manusia mampu menghasilkan ilmu. Berbekal ilmulah manusia mencari kebahagiaan serta keselamatan di dunia dan di akhirat. Semakin banyak ilmunya, semakin dekat pula dia kepada Sang Pencipta (apabila digunakan sebagaimana mestinya). Rasulullah  telah bersabda, "Apabila datang kepadaku suatu hari, di mana pada hari itu aku tidak bisa menambah ilmu, maka tidak ada keberkahan bagiku pada hari itu."
Dengan ilmu yang dimiliki, manusia diharapkan akan menjadi orang yang baik dalam semua lini kehidupannya, terutama ilmu agama. Namun, jika ada orang yang pengetahuan agamanya lebih dari cukup, lalu tindakan kesehariannya tidak sesuai dengan ilmunya, bahkan bertentangan, maka orang yang demikian ini akan lebih dulu disiksa oleh Allah , sebelum Dia menyiksa orang-orang kafir penyembah berhala. Salah seorang ulama dalam syairnya menyebutkan:
Orang alim yang tidak mau melaksanakan ilmunya
Maka ia akan disiksa sebelum disiksanya para penyembah berhala
Ketiga: Mengenai Harta Benda
Dalam hal harta benda, ada dua pertanyaan yang akan ditanyakan Allah kepada kita. Pertama, dari mana harta itu dihasilkan? Kedua, untuk apa harta itu dibelanjakan?
Harta yang ada pada kita itu semata-mata titipan Allah , karena itu kita harus pandai-pandai memperoleh dan membelanjakannya. Harta yang kita dapatkan harus melalui jalan dan cara yang halal. Apabila tidak seperti itu, maka pada hakikatnya hanya menyengsarakan kita. Rasul  bersabda, "Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka lebih berhak untuk memakan (menyiksa) daging itu."
Setelah harta tersebut kita peroleh dari jalan yang halal, maka kita pun wajib membersihkan (menzakati) harta itu jika sudah mencapai satu nishab. Nishab harta benda senilai 85 gram emas dan kita keluarkan 2 ½ % nya. Alquran menjelaskannya, "Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu mmembersihkan dan menyucikan mereka, dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui." (At-Taubah: 103)
Keempat: Mengenai Kesehatan dan Kondisi Tubuh
Text Box: Tidak dibaca ketika Adzan Berkumandang dan Khatib BerkhutbahKebanyakan manusia ketika sehat dan bugar sering lupa akan kewajibannya kepada Yang Maha Kuasa dan selalu lupa untuk melakukan hal-hal yang dapat mendekatkan diri kepada-Nya. Demikian pula ketika terbuka kesempatan yang luas dihadapannya, yaitu ketika mereka sedang menjadi orang yang penting, mereka lupa akan hal-hal tersebut. Namun, ketika semuanya itu sudah sirna di hadapannya, yang sibuk sudah menjadi tidak sibuk, yang pegawai (karyawan) menjadi pensiun dan yang militer sudah menjadi purnawirawan, mereka semua ini baru sadar akan pentingnya hal-hal tersebut. Orang-orang semacam ini masih beruntung karena penundaan mereka masih membuahkan hasil dan tidak sia-sia. Akan tetapi, alangkah ruginya bagi orang-orang yang suka menunda-nunda amal saleh, akan tetapi maut segera menjemputnya dengan tiba-tiba. Alangkah sia-sianya penundaan mereka. Oleh karena itu, Rasul saw mengingatkan kepada kita dalam sabdanya, "Ada dua kenikmatan, kebanyakan manusia terlena dengan keduanya (sehingga mereka tidak diberkahi Allah), yaitu kesehatan dan kesempatan." (HR Al-Bukhari)
Dalam riwayat yang lain Rasul  pernah memberi nasihat kepada Ibnu Umar, "… dan (manfaatkanlah) kesehatanmu sebelum datang waktu sakitkanmu…."
Maasyiral Muslimin Rahimakumullahu!
Akhirnya, kita memohon kepada Allah agar diberi-Nya kekutan untuk mempersiapkan bekal selama hidup di dunia ini dengan mengabdi kepada-Nya, sehingga kita bisa mempertanggungjawabkan keempat hal tersebut di hadapannya dengan benar dan penuh kemudahan, amin.

0 komentar:

Posting Komentar